Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Hari Perjamuan Terakhir

Prof. Herman Hanko

 

Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia (Yoh. 13:1-2).

Seorang pembaca bertanya, “Apakah Yesus mati pada hari Kamis atau Jumat? Yaitu, apakah pada tanggal 14 Nisan ketika anak domba disembelih, ataukah pada hari kedua dari perayaan roti tidak beragi?” Pertanyaan ini melibatkan lebih banyak teks daripada yang kita kutip di atas (termasuk Mat. 26:20-25; Mrk. 14:17-21; Luk. 22:14-15, 24-27; Yoh. 18:2; 19:14, 31, 42).

Ada dua pertanyaan utama yang terkait. Pertama, pada hari apakah Yesus makan jamuan Paskah bersama murid-murid-Nya? Kedua, pada hari apakah Ia disalibkan? Penafsir-penafsir, mereka yang mempelajari Kitab Suci, dan mereka yang menerima kritik tinggi telah menulis banyak buku mengenai kedua pertanyaan ini dan telah berargumen tanpa henti mengenai hal tersebut. (Untuk ringkasan yang menolong bagi argumen-argumen ini, pembaca bisa membaca karya William Hendriksen, Exposition of the Gospel According to John, jld. 2, hlm. 221-227).

Permasalahannya berkutat di sekitar pertanyaan mengenai penyelarasan atau harmonisasi antara narasi Injil Matius, Markus, dan Lukas di satu sisi, dan narasi Injil Yohanes di sisi lain. Kedua sisi terlihat seperti saling berkontradiksi, dan banyak tafsiran terlalu bersedia untuk menerima bahwa kedua sisi memang saling berkontradiksi.

Saya tidak melihat adanya manfaat bagi kita untuk masuk ke dalam semua argumen itu, memaparkan berbagai interpretasi yang berbeda, dan memberikan eksegesis bagi semua teks yang terkait. Saya bermaksud memberikan penilaian saya atas persoalan ini, dan para pembaca yang tertarik bisa masuk ke dalam detail dari pertanyaan ini dengan mempelajari buku-buku tafsiran.

Di zaman di mana Kitab Suci mengalami serangan yang terus-menerus, adalah niscaya bagi kita untuk menyatakan bahwa Alkitab diilhamkan secara infalibel (tanpa kekeliruan) dan dengan demikian tidak mengandung satu kesalahan pun. Maka, entah kita bisa menemukan solusinya atau tidak, kita berpegang pada kebenaran bahwa apa yang disebut sebagai “Injil-Injil Sinoptik” (Matius, Markus, dan Lukas) tidak berkontradiksi dengan Injil Yohanes. Terdapat harmoni atau keselarasan entah kita melihatnya atau tidak. Iman kita kepada karakter tanpa kesalahan dari Alkitab ini bukan didasarkan pada bukti induktif, melainkan pada kesaksian Kitab Suci sendiri dan pada kesaksian Roh Kudus di dalam hati kita.

Kitab Suci bukan ditulis untuk dipresentasikan di hadapan pengadilan hukum agar panelis yang terdiri dari hakim-hakim bisa menimbang semua bukti dan memutuskan apakah Kitab Suci itu kredibel. Allah, di dalam halaman-halaman dari kitab itu sendiri, berfirman, dengan banyak perkataan, dan di seluruh kitab itu, “Akulah yang menulis kitab ini; kalian harus memercayai apa yang kitab ini katakan karena Aku menyampaikan kebenaran. Jika kalian percaya, kalian akan diselamatkan. Jika kalian menolak apa yang Aku sampaikan, kalian akan dihukum.”

Dan tidak seperti yang diklaim oleh para kritikus, ini bukanlah berargumen dalam lingkaran. Jika saya untuk pertama kalinya mengambil buku Institutes of the Christian Religion edisi yang pertama dan melihat di halaman judulnya tertera nama “John Calvin” sebagai penulisnya, maka saya menerima bahwa ini memang benar. Ketika Kitab Suci berkata, di hampir setiap halamannya, bahwa Allah yang menulis buku ini, maka iman menerima bahwa hal ini memang benar. Ini bukan penalaran yang melingkar.

Maka, saya meyakini bahwa terdapat keselarasan yang sempurna antara narasi “Injil-Injil Sinoptik” dan narasi Injil Yohanes. Jika semua narasi itu dipahami secara tepat, kita sebenarnya memiliki sebuah kisah yang sangat indah tentang relasi antara tipe dan realitas.

Anak domba Paskah disembelih pada tanggal 14 Nisan, hari Kamis. Anak domba itu dimakan pada hari yang sama oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Pada perjamuan terakhir ini, Tuhan kita mengubah Paskah Perjanjian Lama menjadi Perjamuan Tuhan dari dispensasi baru. Anak Domba Paskah yang sejati, Kristus sendiri, mati keesokan harinya, pada tanggal 15 Nisan, hari Jumat. Hari Jumat juga merupakan hari besar dalam perayaan itu. Maka, Kristus mati sebagai penggenapan yang sempurna bagi tipe itu, yaitu anak domba Paskah.

Buah sulung dari tuaian di Kanaan diunjukkan di hadapan Tuhan sebagai persembahan unjukan pada tanggal 16 Nisan. Persembahan unjukan ini menandakan awal penuaian. Pada hari itu Tuhan kita berada di dalam kuburan milik Yusuf dari Arimatea yang terletak di dalam taman. Hari itu adalah hari Sabat Yahudi. Tuhan kita bangkit pada tanggal 17 Nisan, hari setelah perayaan buah sulung (sebagai buah sulung dari mereka yang mati; 1Kor. 15:20, 23). Ia bangkit sebagai penggenapan yang sempurna bagi buah sulung dari tuaian di Kanaan, karena Ia adalah buah sulung dari penuaian tubuh kaum tebusan.

Pada hari ke-50 setelah perayaan buah sulung (pada tanggal 16 Nisan), perayaan Pentakosta dirayakan ketika bangsa Israel membawa berkas dari tuaian yang sudah selesai kepada Allah sebagai persembahan syukur. Pada hari berikutnya, Roh Kudus dicurahkan sebagai buah sulung dari tuaian yang sudah selesai (Rm. 8:23). Kisah 2:1 mengatakan: “Ketika tiba hari Pentakosta...,” yaitu ketika hari Pentakosta telah diselesaikan, yang berarti hari setelah Pentakosta, hari ke-50 setelah kebangkitan Kristus. Orang-orang yang dikumpulkan oleh Roh pada hari Pentakosta adalah buah-buah sulung dari tuaian dispensasi baru yang sudah selesai itu, yang akan digenapkan ketika orang pilihan terakhir dilahirkan dan dibawa kepada iman kepada Kristus. Kemudian Kristus akan datang kembali.

Maka, kita mendapatkan skema berikut yang di dalamnya Juruselamat kita ditunjukkan sebagai penggenapan semua tipe dan bayang-bayang dari Perjanjian Lama.

14 Nisan – Kamis – Paskah – Perjamuan Terakhir.

15 Nisan – Jumat – hari besar dari perayaan – penyaliban Tuhan sebagai Anak Domba Allah yang sejati.

16 Nisan – Sabtu – persembahan berkas pertama – Tuhan berada di dalam kubur.

17 Nisan – Minggu – kebangkitan Tuhan sebagai buah sulung dari antara orang mati dan penggenapan persembahan unjukan.

50 hari setelah 16 Nisan – Sabtu, Sabat Yahudi – perayaan Pentakosta Yahudi dan unjukan berkas pertama dari tuaian yang sudah diselesaikan.

50 hari setelah kebangkitan Kristus – Minggu – pencurahan Roh – buah sulung dari tuaian yang sudah selesai berupa kaum pilihan yang dikumpulkan.

Jalan Allah itu bijaksana dan sempurna. Anak-Nya telah datang seperti yang dibayang-bayangkan oleh tipe-tipe Perjanjian Lama. Kita hanya bisa merasa begitu takjub – dan bersyukur dengan kerendahan hati.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.