Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Roh Seperti Burung Merpati Pada Saat Pembaptisan Kristus

Rev. Angus Stewart

 

Sekitar enam minggu setelah membaptis Tuhan Yesus Kristus di Sungai Yordan, kesaksian dari Yohanes Pembaptis mengenai peristiwa yang sangat signifikan itu mencakup pula hal berikut: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yoh. 1:32). Keempat penulis Kitab-Kitab Injil berbicara tentang Roh Kudus turun ke atas Sang Mesias pada saat pembaptisan-Nya “seperti burung merpati” (Mat. 3:16; Mrk. 1:10; Luk. 3:22; Yoh. 1:32). Mengapa burung merpati?

Pertama, merpati adalah sejenis burung. Allah memilih sebagai tanda dari Roh pada saat pembaptisan Yesus bukan jenis binatang yang berjalan di tanah atau ikan yang bisa berenang di lautan, melainkan burung yang terbang di udara (Kej. 1:20). Poin ini mudah dipahami. Roh adalah Allah yang berdiam di dalam sorga; burung-burung terbang di atas kita di langit. Roh Allah, yang diwakili oleh seekor burung dari langit, menyatakan panggilan ilahi kepada sebuah jabatan dan memperlengkapi Tuhan Yesus dengan karunia-karunia di dalam natur manusiawi-Nya untuk pelayanan publik-Nya sebagai Mesias. Yohanes Pembaptis, di dalam kesaksiannya mengenai Kristus pada saat pembaptisan-Nya, menyatakan bahwa Roh, seperti merpati, seekor burung, “turun” (Yoh. 1:32, 33) dari “langit” (ay. 32).

Kedua, Allah telah memilih burung merpati sebagai tanda dari Roh Kudus pada saat pembaptisan Tuhan Yesus karena burung merpati itu jinak (harmless) dan lugu (tidak seperti, katakanlah, magpie yang adalah sejenis gagak). Di dalam frasa yang sejak saat itu menjadi pepatah, Kristus memberi tahu para murid-Nya bahwa mereka harus “tulus (harmless) seperti merpati” (Mat. 10:16), karena Ia “saleh, tanpa salah (harmless), tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr. 7:26). Dengan kuasa dari Roh yang tampak seperti merpati itu, Tuhan Yesus adalah tanpa salah, tidak bernoda, murni, dan kudus di dalam natur manusiawi-Nya dan di dalam jabatan-Nya sebagai Juruselamat kita. Di sini kita melihat kesatuan simbolisme merpati dan suara dari sorga pada saat pembaptisan Kristus: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17; Mrk. 1:11; Luk. 3:22). Allah berkenan kepada Anak-Nya karena Ia tanpa salah dan tidak bernoda seperti merpati.

Ketiga, Allah telah memilih burung merpati sebagai tanda dari Roh Kudus pada saat pembaptisan Tuhan Yesus karena burung merpati itu elok, penyayang, dan disukai (tidak seperti, katakanlah, burung nasar). Di sini kita bisa terpikir khususnya kepada gambaran tentang burung merpati di dalam Kidung Agung yang merepresentasikan burung-burung itu sebagai burung-burung yang lembut, dengan bulu dan mata yang indah, dan sayang serta setia kepada pasangan mereka (mis. 1:15; 2:14; 4:1; 5:2, 12; 6:9). Burung merpati yang elok, pengasih, dan dikasihi dari langit dan suara Allah dari sorga pada intinya mengatakan hal yang sama: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi.”

Keempat, Roh Kudus, dalam bentuk burung merpati, bukan hanya turun dari langit ke atas Kristus pada saat pembaptisan-Nya, tetapi juga tetap berada di atas-Nya. Ini menjadi perhatian Yohanes Pembaptis, yang mengumumkan bahwa Roh yang seperti merpati “tinggal di atas-Nya” (Yoh. 1:32, 33). Gagasan di sini adalah bahwa Roh memanggil dan memperlengkapi Sang Mesias untuk pelayanan publik-Nya secara permanen, memberi-Nya karunia-karunia dan anugerah-anugerah ilahi bagi natur manusiawi-Nya sebagai Anak Allah yang tidak bersalah dan elok. Dengan Roh yang berdiam dan tinggal di atas-Nya, Kristus mulai berkhotbah dan melakukan mujizat-mujizat. Kedua hal ini tidak Ia lakukan sebelum pembaptisan-Nya, yang merupakan pengukuhan diri-Nya sebagai Nabi, Imam, dan Raja yang agung kepunyaan Allah.

Ingat pula frekuensi dan signifikansi dari kata “tinggal” atau “berdiam” di dalam Injil Yohanes. Kata-kata ini menyatakan persekutuan pribadi yang internal dan terus bertahan. Allah Tritunggal, melalui Roh-Nya yang seperti merpati tinggal di dalam persekutuan kovenan yang internal, terus bertahan, dan pribadi dengan Anak-Nya yang tidak bersalah dan dikasihi. Bukankah ini begitu indah!

Kelima, Allah telah memilih burung merpati sebagai tanda dari Roh Kudus pada saat pembaptisan Tuhan Yesus karena, di dalam Alkitab, burung merpati adalah, di atas segalanya, burung untuk persembahan korban (Kej. 15:9; Im. 1:14-17; 5:7-10; 12:6-8; 14:22, 30-31; 15:14-15, 29-30; Luk. 2:24; Yoh. 2:14, 16). Mudah untuk memahami mengapa burung merpati yang jinak dan lugu dipilih Allah sebagai persembahan korban yang menjadi bayang-bayang bagi penghapusan dosa.

Berkaitan dengan kesaksiannya bahwa Roh turun dari sorga seperti burung merpati ke atas Kristus (Yoh. 1:32), Yohanes Pembaptis mengumumkan, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (ay. 29). Roh, dalam bentuk merpati yang adalah binatang untuk persembahan korban, memanggil dan memperlengkapi Sang Mesias yang terkasih dan tidak bersalah untuk menjadi anak domba untuk persembahan korban yang menanggung hukuman yang seharus menimpa kita karena pelanggaran-pelanggaran kita.

Keenam, Allah telah memilih burung merpati sebagai tanda dari Roh Kudus pada saat pembaptisan Tuhan Yesus karena merpati, lebih baik daripada semua burung lain, melambangkan dunia baru. Pada saat penciptaan pertama, “Roh Allah melayang-layang [seperti burung] di atas permukaan air” (Kej. 1:2). Pada saat air bah, seekor burung merpati yang jinak dan elok dikirim keluar dari bahtera sebanyak tiga kali dan tidak kembali pada kali yang ketiga (Kej. 8:8-12)! Pesan perikop ini jelas: Murka Allah sekarang sudah berlalu; dunia yang baru sudah menanti! Ini adalah asosiasi alkitabiah antara merpati dan ciptaan baru.

“Dunia” (Yoh. 1:29) yang untuknya Sang Anak Domba Allah telah mati adalah “dunia” yang terdiri orang-orang percaya yang dosa-dosanya sudah dipropisiasi oleh Kristus dan yang baginya Kristus bersyafaat sebagai Pembela (Yoh. 3:16; 1Yoh. 2:1-2). Ini bukan “dunia” yang telah Allah hakimi di salib dan yang baginya Tuhan Yesus tidak mendoakan (Yoh. 12:31; 17:9).

Karena Sang Anak Domba telah mati bagi “dosa dunia” (Yoh. 1:29), menebus umat-Nya “dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Why. 5:9), dunia yang terjatuh juga akan “dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan” (Rm. 8:21). Karena manusia adalah kepala dari ciptaan, ketika manusia terjatuh, ciptaan juga terjatuh bersamanya. Bersama penebusan dan pembaruan manusia di dalam Kristus, dunia juga telah ditebus dan akan diperbarui sebagai langit yang baru dan bumi yang baru. Roh, dalam bentuk burung merpati yang elok dan jinak, turun dan berdiam di atas Tuhan Yesus pada saat pembaptisan-Nya agar, melalui pengorbanan Sang Anak Domba Allah, ciptaan baru itu akan tiba – dunia yang indah secara mulia dan aman secara sempurna di mana singa akan berbaring bersama anak domba (Yes. 11:6-8; 65:25).

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.