Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Hanya Satu Kesempatan untuk Percaya?

Rev. Angus Stewart

 

Seorang pembaca di England bertanya mengenai suatu interpretasi tentang Perumpamaan Penabur (Mat. 13:3-9, 18-23) yang pernah dia dengar beberapa waktu yang lalu: Apakah perumpamaan ini mengajarkan bahwa setiap orang hanya memiliki satu kesempatan untuk memercayai Injil, yaitu pada kali pertama ia mendengarkannya?

Pertama, perlu ditunjukkan bahwa jika pandangan ini benar, tidak akan ada poin positif di dalam bersaksi kepada atau mendoakan siapa pun yang Anda ketahui telah mendengarkan Injil, entah satu kali atau lebih, tetapi belum bertobat. Tidak seorang pun yang akan diselamatkan pada kehadiran kedua mereka atau kali berikutnya di gereja dan tidak ada harapan untuk memotivasi siapa pun untuk mengundang mereka. Demikian pula para istri yang setia tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan suami-suami mereka yang belum percaya kepada Kristus setelah perjumpaan mereka dengan Firman Allah (1Kor. 7:16; 1Ptr. 3:1), karena penolakan pertama suami-suami mereka terhadap Kristus adalah sama dengan dosa yang tidak dapat diampuni. Selain itu, semua orang yang mengklaim sebagai Kristen tetapi bukan bertobat ketika mereka pertama kali mendengarkan Injil (seperti saya sendiri, banyak pembaca News dan banyak tokoh terkemuka di dalam sejarah gereja, seperti Augustine) bukanlah orang-orang percaya yang sebenarnya, tetapi hanya orang-orang munafik.

Orang akan bertanya-tanya apa yang akan dikatakan oleh pihak yang memegang interpretasi yang aneh atas Perumpaan Penabur ini mengenai disiplin gereja. Apakah gereja juga hanya perlu memberikan satu kesempatan untuk bertobat bagi orang yang mengaku percaya tetapi melakukan kesalahan? Tetapi ini akan berkontradiksi dengan Firman Allah yang tidak dapat dibatalkan (Yoh. 10:35) di dalam Matius 18:15-18!

Sebelum menyimpulkan implikasi-implikasi yang niscaya dari pandangan baru ini, cara paling sederhana dan langsung untuk melawan ajaran ini, bahwa ketidakpercayaan terhadap presentasi Injil yang pertama kali sudah memastikan kebinasaan seseorang, adalah melihat bukti Kitab Suci yang melawannya.

Apakah kita akan berpikir bahwa 3.000 orang yang diselamatkan pada hari Pentakosta (Kis. 2:41) belum pernah mendengarkan Firman yang dikhotbahkan oleh Kristus dan kedua belas murid-Nya (Luk. 9) atau ketujuh puluh murid (Luk. 10)? Sama dengan ini, apakah benar bahwa 5.000 laki-laki yang bertobat di Yerusalem, ditambah para perempuan, belum pernah mendengarkan Injil pada masa pelayanan publik Kristus yang menakjubkan atau pada hari Pentakosta, atau melalui para rasul sampai hari di mana mereka menjadi percaya (Kis. 4:4)? Kisah 6:7 menyatakan: “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” Apakah kita akan menyimpulkan bahwa semua orang dan imam di Yerusalem tidak tahu-menahu tentang Injil sepanjang waktu sebelumnya?

Selain pertobatan massa di Yerusalem di pasal-pasal awal Kisah Para Rasul, kita bisa menunjuk kepada individu-individu. Apakah perampok yang bertobat benar-benar baru mendengar Injil pada hari penyalibannya (Luk. 23:39-43)? Apakah kita harus mengasumsikan bahwa Manasye yang fasik, raja Yehuda itu, benar-benar tidak mengetahui Firman Allah sampai hari pertobatannya di Babel (2Taw. 33:11-13)? Tetapi Alkitab dengan jelas menyebutkan bahwa Firman Allah sudah tiba kepada Manasye dan bangsa itu sebelumnya (2Taw. 33:10; bdk. 2Raj. 21:10-15)!

Mungkin contoh paling jelas tentang sosok di dalam Kitab Suci yang menolak interpretasi yang ganjil tentang Perumpamaan Penabur ini adalah Saulus dari Tarsus, atau Rasul Paulus. Dia sangat mengenal isi Perjanjian Lama dan mendengar pembelaan diaken Stefanus, karena dia yang menjaga pakaian yang diletakkan oleh orang-orang yang merajam sang martir (Kis. 7). Saulus, seorang Farisi yang berapi-api, hampir tidak mungkin tidak mengetahui tentang ajaran Yesus dari Nazaret atau para murid-Nya, dan pastilah telah mendengar Injil dari orang-orang Kristen yang dia seret ke penjara (Kis. 8:3). Tetapi ia baru bertobat di kemudian waktu saat di dalam perjalanan ke Damsyik (Kis. 9).

Setelah mengatakan bahwa banyak orang pilihan di dalam Kitab Suci tidak bertobat pada saat mereka pertama kali mendengarkan Firman, perlu ditunjukkan pula beberapa orang di dalam Alkitab yang tampaknya percaya ketika mereka pertama kalinya diperhadapkan dengan kebenaran Injil, seperti Adam dan Hawa (Kej. 3), Naaman (2Raj. 5), perempuan di sumur dan orang-orang Samaria lainnya (Yoh. 4), Sergius Paulus (Kis. 13), dan kepala penjara di Filipi (Kis. 16).

Setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa diambil dari semua ini. Pertama mengenai interpretasi atas perumpamaan-perumpamaan Kristus. Jangan menekan perumpamaan-perumpamaan Kristus untuk membuat poin-poin yang bukan menjadi tujuan mereka. Perumpamaan Penabur dirancang untuk menunjukkan, antara lain, bahwa tidak semua orang memercayai pemberitaan Injil dan bahwa orang-orang yang menolaknya berbuat demikian karena berbagai alasan yang duniawi dan kedagingan. Gambaran tentang menabur tidak boleh dipaksakan untuk menyatakan hanya satu kali penaburan, karena ini tidak dikatakan di dalam perumpamaan itu sendiri atau di dalam interpretasinya (Mat. 13:3-9; 18-23).

Kedua, mari kita mengagumi panjang sabar Allah terhadap kaum pilihan-Nya. Paulus, yang telah lama mendengar dan menolak Injil Yesus Kristus, menyatakan, “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal” (1Tim. 1:16). Meskipun kita memiliki dosa-dosa yang mengerikan baik sebelum (bdk. 1Tim. 1:13, 15) maupun setelah pertobatan kita, Allah Tritunggal tidak mencampakkan dan menolak satu pun dari umat-Nya yang telah Ia pilih sejak kekal dan beli dengan darah. Akan berada di mana kita semua saat ini jika Allah tidak berbuat demikian?

Ketika, mari kita meneladani panjang sabar Allah, termasuk kesabaran-Nya kepada kita di dalam kebodohan dan ketidaktaatan kita, di dalam kesaksian kita kepada, dan syafaat kita bagi, mereka yang berada di luar Kristus. Kita harus “nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2Tim. 4:2). “Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu” (Pkh. 11:1)!

-----------------------------------------------------------------

Untuk eksposisi yang sangat baik tentang Perumpamaan Penabur dan semua perumpamaan Kristus yang menunjukkan bagaimana perumpamaan-perumpamaan harus diinterpretasikan secara tepat, bacalah buku Prof. Hanko, The Mysteries of the Kingdom (432 hlm., sampul tebal), tersedia dari CPRC Bookstore dengan harga £18 (belum ditambah ongkos kirim).

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.