Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

BAGIAN 1: Bab 1

Wawasan Dunia Reformed

David J. Engelsma

 

... karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu ... segala sesuatu diciptakan oleh Dia [yaitu Yesus Kristus, Anak Allah yang kekasih] dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.... Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus (Kol. 1:16-17, 19-20).

 

Introduksi

Buku ini adalah suatu penelaahan tentang perkembangan-perkembangan penting di dalam dunia bangsa-bangsa secara umum dan masyarakat Barat secara khusus, di dalam terang Firman Allah. Perkembangan-perkembangan ini semakin luas dan memengaruhi kita semua. Bagi orang Kristen, perkembangan-perkembangan ini merupakan ancaman yang meliputi semakin meningkatnya kedurhakaan; dihapusnya kebenaran dan realitas; sikap yang jahat terhadap, dan penyalahgunaan atas, uang; pemikiran dan praktik mengenai seks, yang untuk menggambarkannya kata “revolusi” bahkan tidak cukup kuat; dan bersatunya bangsa-bangsa dunia di dalam satu entitas politik.

Buku ini memiliki tujuan ganda: pengajaran bagi orang percaya, khususnya orang percaya Reformed, bagaimana dia harus memandang perkembangan-perkembangan ini di dalam terang Kitab Suci, dan seruan kepada orang-orang Kristen Reformed untuk merespons secara tepat terhadap perkembangan-perkembangan tersebut.

Penelaahan terhadap perkembangan-perkembangan yang begitu penting dan berpengaruh kuat di dalam dunia ini sungguh tepat, bahkan niscaya, bagi orang-orang percaya dan anak-anak mereka. Orang Kristen bukan hanya harus mengetahui sejarah gereja, tetapi juga aspek-aspek dasar dari sejarah dunia yang mengimpit gereja dan anggota-anggotanya. Orang-orang percaya Reformed harus mengenal dengan baik bukan hanya kebenaran-kebenaran Kitab Suci, tetapi juga prinsip-prinsip, atau pemikiran, kebijakan-kebijakan, dan praktik-praktik fundmental, dari dunia yang fasik, yang harus dilawan oleh orang Kristen Reformed demi iman.

Orang percaya harus menguji perkembangan-perkembangan besar pada zamannya. Semuanya memiliki dimensi rohani, dan orang percaya harus “menguji roh-roh itu” (1Yoh. 4:1).

Selain itu, perkembangan-perkembangan mencolok pada zaman kita yang ditelaah di dalam buku ini sudah dinubuatkan dan dijelaskan di dalam Alkitab sebagai tanda-tanda dari akhir dunia dan kedatangan kembali Yesus Kristus. Mengenai revolusi seksual, misalnya, Yesus sudah menubuatkan tentang akan bertambahnya kedurhakaan, sebagaimana ditunjukkan oleh terjemahan harfiah atas Matius 24:12. Bertambahnya kedurhakaan termasuk persetujuan dan dukungan yang mengejutkan bagi sodomi dan lesbianisme di dalam masyarakat Barat beberapa tahun terakhir ini.

Buku ini menyerukan perhatian kepada aspek-aspek penting dari cepatnya perkembangan kerajaan Iblis pada waktu kita sekarang ini. Tidak sedikit bagian dari perkembangan-perkembangan itu adalah perlawanan yang terbuka dan keras terhadap kerajaan Kristus. Di dalam terang perkembangan tersebut, buku ini menyerukan kepada orang-orang percaya Reformed dan anak-anak mereka untuk berjuang mempertahankan iman dan mengejar hidup yang saleh di tengah-tengah, dan berlawanan dengan, berkembangnya kefasikan dan kenajisan.

Apa yang sedang kita lihat saat ini adalah perang terbuka antara dua kuasa rohani yang besar di dalam dunia. Augustine menyebut kedua kuasa ini kota Allah dan kota Iblis, atau kota sorgawi dan kota bumiah, atau kota Kristus dan kota manusia.

Kota, atau kerajaan, Iblis sudah ada di dalam dunia sejak kejatuhan manusia di dalam Adam, seperti yang tercatat di dalam Kejadian 3. Saat ini kerajaan tersebut berkembang menjadi manifestasinya yang sepenuhnya. Kota, atau kerajaan, Kristus sudah ada di dalam dunia sejak Allah mengumumkan janji akan kedatangan – dan kemenangan –Kristus di dalam Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [yaitu Iblis] dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Kerajaan Iblis selalu melawan kerajaan Kristus. Perlawanan itu semakin intensif pada saat kenaikan Yesus ke sorga, ketika Iblis, yang diusir dari sorga, tahu bahwa waktunya tidak panjang lagi (Why. 12:12). Iblis kemudian melancarkan serangannya yang terakhir dan paling kuat terhadap kerajaan Yesus Kristus, untuk “menghujat nama [Allah] ... Dan ... untuk berperang melawan orang-orang kudus” (Why. 13:6-7). Saat ini, seribu tahun yang disebutkan di dalam Wahyu 20 sudah menjelang akhir. Iblis “akan dilepaskan dari penjaranya ... untuk [memerangi] ... perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu” (ay. 7-9).

Maka, tema dari buku ini bersifat eskatologis, yaitu berkaitan dengan hal-hal yang terjadi tidak lama sebelum kedatangan Kristus untuk kedua kalinya secara fisik.

Untuk menilai perkembangan-perkembangan kontemporer di dalam masyarakat Barat secara tepat, untuk melawan pemikiran yang fasik dan praktik-praktik yang memberontak di dalam masyarakat-masyarakat di mana kita hidup, dan untuk menjalani hidup yang berhikmat, kudus, dan taat, adalah sangat baik bagi kita untuk mempelajari, atau mengingatkan diri kita sendiri, akan wawasan dunia Kristen dan Reformed, atau yang kadang disebut wawasan dunia dan kehidupan.

 

Apakah Wawasan Dunia Reformed Itu

Meskipun istilah “wawasan dunia” tidak ditemukan di dalam Alkitab dan mungkin terlihat filosofis dan, oleh karenanya, mengintimidasi bagi orang-orang percaya, realitas yang disampaikan oleh istilah ini adalah alkitabiah. Wawasan dunia juga penting bagi setiap orang Kristen.

Wawasan dunia seseorang adalah tepat apa yang diindikasikan secara gamblang oleh istilah itu: keseluruhan wawasan atau pandangannya tentang dunia – asal-usul dunia, sejarah suku-suku dan bangsa-bangsa, makna dan tujuan dunia, dan bahkan tempatnya sendiri di dalam dunia. Wawasan dunia adalah gambar besar yang di dalamnya kita masing-masing menentukan tempat kecil bagi diri kita sendiri dan yang seturutnya kita menentukan apakah kehidupan yang bijaksana, benar, dan bernilai itu.

Segera menjadi jelas betapa pentingnya wawasan dunia bagi kehidupan dan perilaku kita. Misalnya wawasan dunia dari seorang pemuda adalah saintisme yang atheistis, naturalistis, dan evolusioner, yaitu wawasan dunia yang ditanamkan pada jutaan pemuda di seluruh dunia oleh sekolah-sekolah negeri dan media populer. Tidak ada Allah. Segala sesuatu menjadi ada secara kebetulan. Manusia adalah produk aksidental dari perkembangan biologis makhluk primata yang kebetulan lebih cocok daripada binatang-binatang lain. Akhir dari setiap manusia adalah kematian, pelapukan, dan kesirnaan. Masa depan dari alam semesta entah adalah ledakan (atau implosi) secara mendadak, atau pendinginan secara perlahan, namun tetap adalah kehancuran. Dengan demikian, kehidupan pemuda ini, seperti hidup setiap manusia lainnya, tidak bermakna, dan sama sekali tidak memiliki harapan.

Dengan wawasan dunia seperti ini, sebagian kaum muda akan memilih kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan gila-gilaan dalam mencari kenikmatan – mabuk-mabukan, narkoba, berkubang dalam seks, melakukan kekerasan tanpa alasan. Jika mereka memang memikirkannya, mentalitas mereka adalah “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.”

Kaum muda lainnya, yang pemikirannya tidak berbeda secara esensial, meskipun hidup mereka mungkin lebih terhormat, akan memberi diri mereka untuk menjalani hidup yang duniawi sampai pada kepenuhannya dan berupaya memeras kesenangan dan kenyamanan hidup sampai tetes terakhirnya. Yesus sudah menubuatkan cara hidup ini di dalam deskripsi-Nya untuk hari-hari sebelum kedatangan-Nya: “makan dan minum, kawin dan mengawinkan” (Mat. 24:38). Sebuah iklan lama untuk bir mengungkapkan wawasan dunia yang menghasilkan kedagingan ini, kegandrungan kepada hal yang natural dan sementara ini: “Kamu hanya beredar satu kali.”

Yang lainnya lagi, yang terlihat lebih agung, tetapi dalam kenyataannya juga sama terpusatnya pada diri sendiri seperti rekan-rekan mereka yang kedagingan, akan mengejar kemashyuran, agar nama mereka akan tetap bertahan setelah kematian mereka. “Kepada tanah nama mereka diberikan / Mengharap akan langgengnya kemashyuran,” demikian parafrase dari Mazmur 49 mengungkapkan perilaku yang muncul dari wawasan dunia yang naturalistis.

Kaum muda lain akan membunuh diri, seperti yang dilakukan banyak pemuda saat ini.

Jika, di sisi lain, wawasan dunia dari seorang pemuda adalah bahwa Allah dan Bapa dari Yesus Kristus telah menjadikan segalanya dan terus memerintah atas segalanya; bahwa dirinya sendiri telah diciptakan oleh Allah dan ditebus oleh Yesus Kristus; bahwa hidupnya memiliki tujuan – kemuliaan Allah dengan mencari kerajaan-Nya; dan bahwa akhir hidupnya adalah hidup yang kekal, tubuh maupun jiwa, di dalam ciptaan yang baru – wawasan dunia dari pemuda Kristen – maka pemuda ini akan takut akan Allah dan menaati perintah-perintah-Nya sepanjang hidupnya di bumi ini, seperti yang Pengkhotbah 12:13 gambarkan tentang hidup yang dihasilkan oleh wawasan dunia yang saleh.

 

Alkitabiah

Alkitab tidak menggunakan istilah “wawasan dunia,” tetapi Alkitab jelas mengkonstruk sebuah wawasan dunia. Alkitab membentuk wawasan dunianya di dalam pikiran setiap orang percaya. Orangtua saya tidak pernah menggunakan istilah itu. Seandainya saya menggunakan istilah itu ketika berbicara dengan mereka selama tahun-tahun perkuliahan saya, mereka mungkin akan curiga, dengan beranggapan bahwa istilah itu mengungkapkan gagasan lain tentang kolose atau universitas yang meninggalkan dasar-dasar Reformednya. Tetapi orangtua saya memiliki sebuah wawasan dunia, meskipun mereka tidak pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi, dan bahkan dalam kasus ayah saya, beliau tidak sempat melanjutkan ke sekolah menengah atas. Wawasan dunia mereka adalah wawasan dunia dari Alkitab. Mereka mewariskannya kepada semua anak mereka, dan sekarang pun terus mewariskannya kepada cucu-cucu dan cicit-cicit mereka.

Di dalam buklet yang berjudul, “The Reformed Worldview on Behalf of a Godly Culture,” saya mendefinisikan dan mendeskripsikan wawasan dunia sebagai berikut:

... sebuah wawasan yang komprehensif dan menyatu akan segala ciptaan dan sejarah di dalam terang pengetahuan akan Allah Tritunggal yang esa, sejati, dan hidup, yang diwahyukan di dalam Yesus Kristus, atau di dalam terang penolakan terhadap Allah ini di dalam ketidakpercayaan. Wawasan tentang segala sesuatu ini menentukan bagaimana seseorang menjalani seluruh kehidupan bumiahnya di dalam dunia ini. Wawasan dunia memiliki kuasa yang membentuk kerangka dari keseluruhan hidup seseorang.i

Wawasan dunia Kristen yang Reformed, yang sama kayanya dengan ciptaan dan yang sama misteriusnya dan penuh keajaibannya dengan sejarah dan kehidupan kita sendiri, sebenarnya hanyalah wawasan tentang ciptaan sebagaimana yang dijadikan oleh Allah Tritunggal bagi kemuliaan-Nya sendiri di dalam Yesus Kristus. Tujuan ini Allah realisasikan dengan memerintah atas sejarah – providensi-Nya – menuju sasaran kedatangan Kristus secara fisik di akhir zaman, untuk membangkitkan orang-orang yang telah mati, melaksanakan penghakiman terakhir, dan berdiam bersama gereja pilihan-Nya di dalam persekutuan kovenan yang penuh berkat di dalam ciptaan yang diperbarui, yang darinya dosa, kematian, dan dukacita telah dihapuskan.

Apa yang baru saja saya deskripsikan adalah wawasan dunia Alkitab. Wawasan dunia Kristen secara otoritatif – dan secara jelas – diberitahukan kepada semua orang percaya di dalam Kitab Suci yang diilhami. Wawasan dunia Kristen adalah wawasan Allah sendiri akan dunia, akan sejarah, dan akan tempat kita masing-masing di dalam “gambaran yang seutuhnya.” Kita tidak boleh menciptakan wawasan dunia kita sendiri. Jika kita melakukan itu, wawasan dunia kita akan salah. Konsekuensi dari wawasan dunia yang salah akan menghancurkan diri kita sendiri dan semua orang lain yang telah kita sesatkan pula.

Secara niscaya, wawasan dunia Alkitab dimulai dengan asal-usul dunia. Alkitab kadang-kadang merujuk kepada tatanan yang diciptakan dengan kata “dunia” (Yoh. 3:16) dan kadang-kadang dengan istilah “segala sesuatu” (Kol. 1:16-18, 20). Asal-usul dunia, atau segala sesuatu, adalah penciptaan oleh Allah di dalam waktu enam hari (Kej. 1-2; Ibr. 11:3).

Tujuan Allah di dalam menciptakan alam semesta – aspek fundamental berikutnya dari wawasan dunia yang benar – adalah kemuliaan-Nya sendiri melalui Yesus Kristus. Secara khusus, tujuan Allah adalah penebusan oleh Yesus atas sebuah gereja pilihan dan diperdamaikannya segala sesuatu kepada Kristus pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya. “Segala sesuatu diciptakan ... untuk Dia,” yaitu untuk “Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita [melalui darah-Nya]” (Kol. 1:13-14, 16). Secara ultimat, kegirangan Allah di dalam mencipta adalah bahwa “seluruh kepenuhan ... diam” di dalam Yesus Kristus (ay. 19).

Dengan pemeliharaan dan kuasa providensial-Nya, Allah Tritunggal menggenapi tujuan-Nya di dalam sejarah dunia. Setiap ciptaan dan setiap gerakan dari setiap ciptaan, entah peristiwa besar seperti Perang Dunia atau kejadian kecil seperti rontoknya sehelai rambut dari kepala kita, melayani tujuan agung Allah dengan segala sesuatu. Raja Koresh dari Persia dan kerajaannya – sosok yang besar dan berkuasa di dalam sejarah – diangkat oleh Allah Yehova “oleh karena hamba-Ku Yakub dan Israel, pilihan-Ku” (Yes. 45:1-6). Tetapi burung pipit yang kecil juga termasuk di dalam “segala sesuatu” yang telah Allah ciptakan bagi Kristus dan gereja-Nya. Oleh karena itu, kejadian yang tidak signifikan seperti jatuhnya seekor burung pipit tidak terjadi “di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29).

Tujuan Allah bagi dunia tercakup di dalam dekrit tentang kejatuhan umat manusia di dalam Adam. Ini tersirat di dalam Kolose 1:16, yang menyatakan bahwa Allah menjadikan segala sesuatu, bukan untuk Adam, tetapi untuk Yesus Kristus, di dalam Siapa kita mendapatkan pengampunan untuk dosa.

Hal mendasar bagi tujuan Allah mengenai segala sesuatu, dan yang menjadi inti dari tujuan kekal ini, adalah kematian Kristus.

Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu (Kis. 4:26-28).

Efesus 1:11, yang terkait erat dengan Kolose 1:13-20, mengajarkan bahwa Allah menggenapi tujuan agung-Nya untuk mengumpulkan segala sesuatu di dalam Kristus dengan memerintah atas segala sesuatu di dalam sejarah, sepenuhnya sesuai tujuan ini: “sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.”

Berdasarkan wawasan dunia Kristen, penciptaan dan sejarah memiliki makna dan tujuan. Berdasarkan wawasan dunia Kristen, kehidupan setiap orang Kristen, tidak peduli seberapa tidak signifikannya menurut standar manusia, memiliki kelayakan dan nilai.

Allah adalah makna dan tujuan dari dunia!

Kelayakan dan nilai dari kehidupan setiap orang Kristen adalah pemuliaan-Nya akan Allah dengan mengakui iman kepada-Nya dan melayani Dia.

Wawasan dunia adalah wawasan Allah!

Dan Allah yang dimaksud bukan allah yang ini atau yang itu, bukan sembarang allah, bukan suatu kuasa yang lebih tinggi, bukan suatu keberadaan yang lebih tinggi, bukan berhala – entah itu Baal, atau Alam, atau Allah (Islam).

Tetapi Allah dari wawasan dunia Kristen – dan satu-satunya wawasan dunia yang benar – adalah Allah Tritunggal yang esa, sejati, dan hidup yang diwahyukan di dalam Kitab Suci, sebagaimana Kitab Suci dipahami dan dijelaskan di dalam kredo-kredo Reformed. Ia adalah Allah dan Bapa dari Anak-Nya yang berinkarnasi, Yesus Kristus, dan Allah dan Bapa dari semua orang percaya pilihan karena Yesus.

 

Wawasan Dunia Manusia

Berlawanan dengan wawasan dunia Kristen, yang diawali dan diakhiri dengan Allah, diperhadapkan sebuah wawasan dunia lain: wawasan dunia Manusia.

Wawasan dunia ini juga merupakan sebuah wawasan yang komprehensif tentang dunia – sebuah “gambaran yang utuh.” Wawasan dunia ini berbicara tentang sebuah tujuan, atau sasaran, dari alam semesta dan sejarah. Wawasan dunia ini juga mendorong jenis kehidupan tertentu bagi manusia di dalam terang wawasan dunia itu sendiri.

Tetapi wawasan dunia ini melihat Manusia – Manusia tanpa Allah – sebagai sasaran dari segala sesuatu, sebagai pemerintah yang berdaulat atas segala sesuatu, sebagai makna dari segala sesuatu.

Perkembangan dramatis dari wawasan dunia ini telah memiliki sejarah yang pasti di dalam masa-masa modern di Barat. Renaisans di abad keempat belas dan kelima belas meninggikan Manusia. Pencerahan di akhir abad ketujuh belas dan kedelapan belas mengumumkan otonomi Manusia. Filsafat modern telah meyakinkan Barat bahwa satu-satunya pengetahuan yang mungkin adalah pengetahuan yang manusia sendiri bentuk di dalam pikiran mereka berdasarkan pengalaman mereka akan dunia materiel melalui indra-indra mereka (dan filsafat tidak lagi yakin akan pengetahuan ini, seperti yang akan kita lihat nanti). Dan wawasan dunia manusia menderivasi dari peninggian atas Sains pada saat ini sebagai otoritas absolut atas semua pemikiran dan perilaku.

Hasil dari perkembangan wawasan dunia ini di Barat adalah, seperti perkataan terkenal dari Nietzsche, bahwa “Allah sudah mati.”

Secara khusus ada dua faktor kuat yang berkontribusi bagi, dan memperkuat, wawasan dunia Manusia di awal abad kedua puluh satu. Salah satunya adalah kritik theologi modern terhadap Kitab Suci yang diilhami dan otoritatif. Kitab Suci yang diilhami mempertanyakan otonomi rasio Manusia, kebenaran penilaian-penilaian ilmiah Manusia, dan kebaikan dari berbagai keputusan etis Manusia. Bersama kritiknya terhadap Firman Allah bergulir pula kritik theologi modern terhadap Allah yang diwahyukan di dalam Kitab Suci, secara khusus terhadap kedaulatan-Nya dan keadilan-Nya. Kedaulatan-Nya adalah ancaman maut bagi supremasi Manusia. Keadilan Allah, yang termanifestasi di dalam salib yang mendamaikan, mengekspos Manusia yang congkak sebagai orang berdosa yang bersalah dan penuh aib.

Faktor kedua yang bekerja dengan kuat dalam membentuk dan mendukung wawasan dunia Manusia pada saat ini adalah teori evolusiner Darwin. Teori ini, yang paling bermanfaat bagi wawasan dunia Manusia, dan, oleh karena itu, dipromosikan dengan giat dan dibela dengan gigih, bahkan dengan semangat total yang dulunya diperuntukkan bagi agama sejati, menjadikan Allah-Pencipta kosong dan tidak ada apa-apanya, tetapi menjadikan Manusia keberadaan yang tertinggi – tuhan atas segalanya. Khususnya evolusi Darwinian membentuk Manusia sebagai pemberi hukum bagi dirinya sendiri, menentukan bagi dirinya sendiri apa yang benar dan salah, apa yang baik dan jahat.

Karena Negara adalah instrumen tertinggi dan terkuat dari Manusia, bahkan perwujudan dari Manusia – Manusia yang ditulis dengan huruf sebesar mungkin – Negara semakin mendominasi wawasan dunia Manusia. Negara adalah Manusia sebagai juruselamat – Negara kesejahteraan. Negara adalah Manusia yang mendekritkan apa yang benar dan salah, apa yang baik dan jahat. Maka, di Amerika Serikat, Mahkamah Agung memutuskan bahwa membunuh bayi-bayi yang belum dilahirkan, yang jumlahnya sampai jutaan, adalah benar dan baik. Negara adalah Manusia di dalam kepenuhan kemuliaannya. Oleh karena itu, di Amerika Serikat, dalam tahun-tahun terakhir ini, presiden menampilkan diri, atau ditampilkan oleh para pemoles citranya, dengan persekongkolan dari bangsa itu, sebagai sosok yang hampir-hampir ilahi. Negara adalah Manusia sebagai yang berdaulat atas seluruh hidup manusia. Negara memegang, dan diberi, kuasa atas seluruh kehidupan warga negara, bukan hanya ketertiban dan pertahanan, tetapi juga bisnis dan tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan, media, dan moral.

Di dalam wawasan dunia Manusia, Manusia adalah allah, dan Negara dengan kepala negara personalnya adalah manifestasi terpenuh dari deitas.

Wawasan dunia Manusia bukan hanya mengecilkan Allah yang sejati dan mengeluarkan-Nya dari gambaran yang seutuhnya. Wawasan dunia ini memusuhi Allah. Semakin meningkat pula wawasan dunia Manusia ini melawan Allah, menyangkali Allah, dan menghujat Allah. Baru-baru ini, Richard Dawkins, seorang ilmuwan terkenal di Britania, telah mengungkapkan kebencian terhadap Allah, dan dengan demikian juga terhadap Kekristenan, dari sisi wawasan dunia modern Manusia. Dawkins melakukannya melalui bukunya yang sangat populer, The God Delusion. Tema buku tersebut adalah bahwa Allah tidak eksis; bahwa sekalipun Dia tidak eksis, Dia tetap merupakan kejahatan terburuk yang menghantui umat manusia; dan bahwa dengan dengan demikian Dia harus dihancurkan, khususnya di dalam hati, pikiran, dan kehidupan semua manusia. Di dalam sebuah bab berjudul “The God Hypothesis” (“Hipotesis Allah”), Dawkins menghujat Allah:

Allah dari Perjanjian Lama bisa disebut karakter yang paling tidak menyenangkan di dalam semua fiksi: pencemburu dan sombong; pengendali yang berhati sempit, tidak adil, tidak pengampun; pemusnah etnis yang pendendam dan haus darah; penindas yang pembenci perempuan, pembenci kaum homo, rasis, pembantai bayi, pembantai ras, pembantai anak, penyebab wabah, megalomaniak, sado-masosistik, dan sewenang-wenang dalam niat jahat.ii

Yesus adalah “Sisi sebaliknya dari wajah Yahweh sebagai wajah Kristen yang hambar.”iii

Thomas Nagel, seorang atheis yang menjabat profesor hukum dan filsafat di New York University dan sama berapi-apinya seperti Dawkins di dalam perang melawan Allah dan wawasan dunia yang mengakui Allah, secara terbuka menyatakan permusuhannya terhadap Allah dan tekadnya untuk menyingkirkan Allah dari wawasan dunianya (dan wawasan dunia semua mahasiswa yang ia – Nagel – ajar):

Saya bukan hanya tidak memercayai Allah dan, secara alamiah, berharap bahwa saya benar di dalam kepercayaan saya. Yang saya harapkan adalah bahwa Allah itu tidak ada! Saya tidak mau ada Allah; saya tidak mau alam semesta seperti itu.iv

Ciri yang mencolok dari Barat yang dulunya “Kristen” adalah bahwa Barat sekarang berbalik melawan Kekristenan dan Allah Kekristenan dengan cemooh dan kebencian. Pelaku-pelaku serangan Barat terhadap Kekristenan adalah para laki-laki dan perempuan yang membentuk budaya, membentuk pemikiran, dan memengaruhi keputusan orang banyak – para guru, pembaca berita dan reporter televisi, kolumnis surat kabar, novelis, dan hakim.

Peter Hitchens mengumumkan, dan mendemonstrasikan, serangan barat yang penuh kemarahan terhadap Allah: “Kemarahan terhadap Allah tersebut tidak dikekang dan bersiap untuk merobohkan mezbah-mezbah yang tersisa ketika kemarahan itu sudah cukup kuat.”v Hitchens menjelaskan aspek dari perang antara wawasan dunia ini.

Allah adalah rival utama dari kaum kiri.... Jika Allah tidak dilengserkan dari takhta dan hukum-Nya tidak dibatalkan, Ia merepresentasikan rival yang penting terhadap otoritas sang despot, yang hidup di dalam jiwa jutaan orang. Jika Ia tidak bisa dikeluarkan dari hati, kendali total oleh negara menjadi mustahil.vi

Kebencian terhadap Allah oleh wawasan dunia Manusia seharusnya tidak mengejutkan orang Kristen. Manusia sudah terjatuh, rusak, dan pemberontak. Manusia diperbudak oleh Iblis. Wawasan dunia Manusia, dalam kenyataannya, adalah konsepsi dari Iblis.

Nubuat oleh Kitab Suci

Kitab Suci telah menubuatkan wawasan dunia Manusia dan dominasinya pada hari-hari terakhir. Ketika menubuatkan apa yang harus terjadi sebelum hari Kristus, Paulus memperingatkan bahwa manusia durhaka akan dinyatakan dahulu, “lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah” (2Tes. 2:4).

Ini adalah nubuat tentang Antikristus yang personal, yang akan mendirikan dan memerintah sebuah kerajaan-dunia yang terdiri dari semua bangsa sebelum kedatangan Kristus kembali. Antikristus sudah barang tentu akan melawan Allah, tetapi ia akan melawan Allah dengan melawan “segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah.” Ia dan kuasa-dunianya akan sepenuhnya anti-supernatural. Penjelasannya adalah bahwa Antikristus dan segenap kuasa-dunia yang Antikristen akan mengakui bahwa tidak ada allah di atas Manusia. Manusia durhaka adalah murni materialis dan humanis. Ia hanya akan mengakui Manusia sebagai allah. Ia sendiri akan menjadi apotheosis Manusia: “menyatakan diri sebagai Allah.”

Di dalam 2 Tesalonika 2:3-4, Rasul Paulus merujuk kepada Daniel 11:36-39. Perikop di dalam Kitab Daniel itu menubuatkan Antikristus sebagai seorang raja (bukan seorang klergi!), yang akan “meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali” (ay. 36).

Kitab Wahyu juga menyatakan berkembangnya kuasa-dunia Antikristus sebagai pengungkapan dan pelayanan kepada wawasan dunia Manusia. Bilangan pada binatang, yang menghujat Allah dan berperang melawan orang-orang kudus, adalah “enam ratus enam puluh enam” (Why. 13:18). Bilangan itu bukan menunjuk kepada Napoleon Bonaparte, atau Woodrow Wilson, atau Ronald Reagan, atau Kaisar Nero, atau sosok manapun di masa lalu, seakan 666 adalah jumlah dari nilai dari huruf-huruf yang membentuk sebuah nama tertentu. “Hikmat” yang menghitung bilangan binatang itu bukanlah keahlian esoterik tertentu yang melakukan permainan bodoh dengan nama dan bilangan, yang hasilnya adalah sebanyak jumlah pemain dari permainan itu.

Di dalam Alkitab, 666 adalah sebuah bilangan simbolis. Enam adalah bilangan manusia, hidupnya, dan dunianya – manusia sendiri, tanpa Allah. Secara harfiah, Wahyu 13:18 berkata: “Ini adalah bilangan manusia.” Ini bukan bilangan yang menunjuk kepada seorang laki-laki tertentu, tetapi bilangan yang menjadi simbol umat manusia yang terpisah dari Allah.vii

Binatang di dalam Kitab Wahyu adalah Manusia di dalam kepenuhan kuasanya, tanpa Allah. Ini adalah Manusia yang merentangkan diri sampai kepada cakupan terpenuh dari kuasanya yang besar, yang dilengkapi dengan kemampuan-kemampuan yang luar biasa yang diberikan oleh Iblis, untuk membangun sebuah kerajaan-dunia yang menandingi kerajaan Allah. Ini adalah Manusia yang berupaya menjadi Allah dengan sekuat dayanya.

Bilangan 666 mencoba sedekat mungkin dengan bilangan tujuh. Tujuh adalah bilangan manusia dengan Allah, di dalam persekutuan kovenan anugerah. Tujuh adalah bilangan Yesus Kristus dan, dengan demikian, bilangan kerajaan Allah. Meskipun begitu dekat dengan bilangan Yesus Kristus dan kerajaan-Nya, 666 tetap kurang tujuh, bahkan kurang secara menentukan dan fatal. Antikristus akan tetap hanyalah manusia. Kerajaannya akan tetap merupakan kerajaan manusia. Ia akan runtuh; kerajaannya akan runtuh.

Nubuat-nubuat Alkitab tentang perkembangan penuh dan final dari wawasan dunia Manusia dan kerajaan Manusia yang dicanangkan, diupayakan, direncanakan, dan direalisasikan oleh wawasan dunia itu sekarang sedang digenapi, khususnya di negara-negara Barat. Ada negara-negara yang, menurut penglihatan Daniel, adalah penerus kerajaan Romawi kuno, yang membunuh Kristus dan menganiaya para rasul, sepuluh tanduk di atas kepala binatang keempat yang menakutkan (Dan. 7:7, 23-24).

Wawasan dunia Manusia ini sekarang mendominasi seluruh lanskap masyarakat dan budaya Barat, memanifestasikan esensi dari natur manusia yang berdosa sejak awal. Kejatuhan umat manusia di dalam Adam adalah menyerahnya kita kepada pencobaan, “... kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kej. 3:5).viii Maka, dengan cara yang menyerupai allah, kita mengumumkan otonomi kita: “Seperti Allah, kami memutuskan bahwa memakan buah terlarang adalah baik dan benar,” tidak peduli apa yang telah Allah perintahkan.

Senada dengan itu, pada saat ini, dengan cara yang menyerupai allah, mayoritas Hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat yang berjubah hitam itu, yang mewakili bangsa tersebut dan mengungkapkan bijaksana dari berbagai universitas tersohor, pengetahuan theologi berbagai gereja dan theolog penting, pemikiran para politikus yang berpengaruh, dan kehendak rakyat, mendekritkan, “Seperti Allah, kami memutuskan bahwa pembunuhan atas jutaan manusia yang belum dilahirkan adalah hal yang baik, dan benar, tidak peduli apa yang telah Allah larang di dalam Taurat-Nya, baik di dalam Kitab Suci maupun di dalam alam.”

Kejam

Saya hanya akan menyinggung sekilas bahwa wawasan dunia Manusia ini adalah sangat membinasakan – membinasakan secara kejam. Ketika Richard Dawkins membela wawasan dunia Manusia dengan menghujat Allah, khususnya di dalam wahyu-Nya di dalam Perjanjian Lama, sebagai haus darah, pembantai bayi, dan penuh niat jahat, dia bertindak munafik. Allah dari Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah adil. Di dalam keadilan-Nya, Ia begitu mengerikan bagi orang-orang berdosa yang bersalah, tetapi Ia tidak pernah haus darah dan kejam, entah kepada para bayi atau orang dewasa. Ia tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup (Yeh. 33:11). Sebagai Allah yang pemurah, di dalam Perjanjian Lama maupun Baru, Ia telah membukakan sebuah jalan keselamatan bagi setiap orang berdosa yang berbalik kepada-Nya untuk mendapatkan pengampunan dan hidup. Begitu pemurahnya Dia sampai-sampai jalan keselamatan ini adalah Anak-Nya sendiri yang berinkarnasi dan disalibkan.

Yang haus darah dan kejam adalah wawasan dunia Manusia itu sendiri, yang dengan penuh semangat disebarkan oleh Richard Dawkins. Tanpa merasa hati nuraninya terusik, wawasan dunia Manusia dengan dingin mendukung pembunuhan atas bayi-bayi ketika masih di dalam rahim ibu mereka, dan bahkan menyambut bayi-bayi yang baru lahir dengan dinginnya baja dari instrumen kematian, meskipun para bayi itu tidak bersalah menurut hukum yang berlaku. Wawasan dunia Manusialah yang secara tidak berperasaan menyiksa dan membunuh jutaan laki-laki, perempuan, dan anak-anak di dalam kekuasaan “Third Reich” Hitler, negara Komunis Lenin dan Stalin, dan rejim Mao.

Tidak lama lagi wawasan dunia Manusia akan menumpahkan darah orang yang tidak bersalah yang “menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus” (Why. 12:17). Jika Richard Dawkins pada saat itu belum terjatuh ke dalam tangan Allah yang ia kenal dan benci, ia akan menjadi pemandu sorak yang antusias di dalam penganiayaan itu. Lihatlah gerombolan orang yang bersukacita di Wahyu 11:10, dan Anda akan melihat wajah Richard Dawkins yang berhias cengiran gembira.

 

Wawasan dunia Anugerah Umum

Sebelum saya menyebutkan, dan mendeskripsikansecara singkat, sejumlah ciri dari wawasan dunia Kristen dan Reformed yang alkitabiah, saya perlu membahas sebuah teori tentang wawasan dunia Kristen yang telah memengaruhi banyak orang. Wawasan dunia ini adalah wawasan dunia anugerah umum Allah. Wawasan dunia ini sangat berbeda dari wawasan dunia yang telah saya jabarkan di atas.

Wawasan dunia anugerah umum melihat gereja dan dunia orang-orang fasik – orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya – bekerja sama untuk memunculkan sebuah masyarakat dan budaya yang baik, saleh, dan bahkan Kristen. Wawasan dunia ini begitu menguasai orang-orang yang merangkulnya sehingga mereka memberi diri untuk membangun, pertama-tama, sebuah masyarakat Kristen, kemudian sebuah negara Kristen, dan akhirnya sebuah dunia Kristen, selalu di dalam kerja sama dengan orang-orang fasik. Menurut wawasan dunia anugerah umum, Kristenisasi budaya adalah salah satu dari dua tujuan Allah bagi ciptaan dan sejarah (tujuan lainnya adalah keselamatan gereja). Untuk mencapai tujuan-Nya dalam meng-Kristensasikan budaya, Allah memberikan sebuah anugerah yang meng-Kristenisasikan baik kepada orang-orang yang tidak percaya yang reprobat maupun kepada orang-orang percaya yang terpilih. Itulah sebabnya anugerah “umum,” berbeda dari anugerah “partikuler” yang menyelamatkan, yang Allah berikan hanya kepada kaum pilihan.

Teori wawasan dunia Kristen ini dirumuskan dan disebarkan oleh theolog dan politikus Belanda, Abraham Kuyper.ix Christian Reformed Church di Amerika Utara mengadopsi wawasan dunia ini dan menjadikannya mengikat bagi semua anggotanya berdasarkan keputusan sinode pada tahun 1924.x Begitu berkomitmennya Christian Reformed Church kepada wawasan dunia anugerah umumnya sampai-sampai denominasi ini mendisiplin para hamba Tuhan dan konsistori yang menolak wawasan dunia tersebut. Banyak kaum Injili menyetujui wawasan dunia anugerah umum dan secara agresif mengejar agendanya.xi

Wawasan dunia anugerah umum harus disebutkan di dalam setiap pembahasan tentang wawasan dunia Reformed karena tidak diragukan bahwa ini adalah teori wawasan dunia di dalam gereja-gereja Reformed dan sekolah-sekolah Kristen yang sangat berpengaruh. Pengaruhnya juga tersebar luas di dalam lingkaran-lingkaran Injili.

Saya tidak perlu memberikan banyak tempat untuk mengkritik wawasan dunia anugerah umum sebagai wawasan dunia yang sepenuhnya tidak alkitabiah, tidak memiliki dasar di dalam kredo-kredo Reformed, dan destruktif bagi separasi dan perang rohani antara gereja dan dunia yang fasik dan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya. Karena Allah sedang mengekspos wawasan dunia ini. Penghakiman atas wawasan dunia anugerah umum adalah sejarah wawasan dunia ini sendiri.

Wawasan dunia anugerah umum telah menjadi kegagalan yang kolosal. Wawasan dunia ini tidak meng-Kristenisasikan kota Amsterdam di mana Abraham Kuyper berada, apalagi negara Belanda. Sebaliknya, wawasan dunia ini justru telah merusak Free Univesity yang Kuyper dirikan dan menolong menceburkan Gereja-Gereja Reformed di Belanda (GKN) – gereja-gereja yang sebagian besar dibentuk oleh Kuyper – ke dalam jurang gereja palsu.

Wawasan dunia anugerah umum juga tidak meng-Kristenisasikan Grand Rapids, Michigan, pusat dari Christian Reformed Church. Sebaliknya, pikiran dari wawasan dunia anugerah umum dengan tanpa ampun menghancurkan Christian Reformed Church dan perguruan tingginya. Setelah membuka dirinya kepada dunia yang fasik – berbagi anugerah Allah dan bekerja bersama di dalam proyek besar Allah untuk meng-Kristenisasikan dunia – Christian Reformed Church telah menjadi serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2).xii

Mengenai efek yang merusak dari wawasan dunia anugerah umum terhadap kaum Injili, berdasarkan wawasan dunia ini dan demi kepentingan wawasan dunia ini, banyak tokoh Injili sekarang bersatu dengan kaum Katolik Romam dan, dengan demikian, setidaknya meminimalisasikan perlunya separasi dari Gereja Katolik Roma. Dengan bersatu di dalam anugerah umum Allah, kaum Injil dan Katolik Roma akan bersama-sama melakukan perang budaya untuk membuat Amerika menjadi Kristen.xiii

Alasan utama mengapa tidak menjadi masalah bagi orang-orang percaya Reformed untuk mengabaikan wawasan dunia anugerah umum di awal abad kedua puluh satu adalah bahwa wawasan dunia ini sekarang telah menjadi tidak relevan secara menyedihkan. Kekuatan besar yang tidak terbendung dari wawasan dunia Manusia menggilas wawasan dunia anugerah umum ketika panser-panser Hitler melintasi Prancis pada saat Perang Dunia II. Sebagai akibatnya, gereja-gereja Reformed mengkritik Kitab Suci; memproklamasikan anugerah keselamatan yang universal dan dapat ditolak, atau universalisme murni; dan menempatkan kaum perempuan pada jabatan eklesiastis. Kekuatan yang tidak terbendung itu menyebabkan sekolah-sekolah Kristen Reformed mengajarkan sains evolusioner (dengan mengorbankan historisitas Kejadian 1-11 dan inspirasi Alkitab) dan menemukan “kebaikan” sodomi dan lesbianisme.

Satu wawasan dunia, dan hanya satu, bisa berdiri melawan wawasan dunia Manusia: wawasan dunia Allah dari Kitab Suci yang berdaulat, sebagaimana Ia diwahyukan di dalam Yesus Kristus di dalam Alkitab yang diilhami dan infalibel. Kerajaan Kristus bertahan dan mengalahkan kerajaan Manusia. Dan itu dilakukan melalui anugerah yang tidak dapat ditolak dan tidak terkalahkan dari Roh Kristus di dalam hati dan hidup orang percaya yang terpilih melalui Injil.

 

Ciri-Ciri Utama Wawasan Dunia Reformed

Saya sudah menyinggung bahwa wawasan dunia Kristen itu alkitabiah, yaitu dinyatakan di dalam Alkitab. Wawasan dunia Kristen bukanlah produk dari pemikiran spekulatif sejumlah theolog atau filsuf. Sebagai wawasan dunia yang alkitabiah, saya sudah menegaskan bahwa wawasan dunia Kristen itu berpusat pada Allah. Wawasan dunia Kristen adalah dari Allah Tritunggal, oleh Allah Tritunggal, mengenai Allah Tritunggal, dan bagi Allah Tritunggal (Rm. 11:36). Wawasan dunia Kristen bukanlah secara terutama, apalagi secara eksklusif, mengenai manusia dan kebahagiaannya. Wawasan dunia Kristen adalah mengenai Allah dan kemuliaan-Nya.

Ketuhanan Yesus

Selain itu, wawasan dunia Kristen menghormati Yesus Kristus sebagai Tuhan. Menurut Kolose 1, tujuan tunggal Allah bagi ciptaan dan sejarah – “segala sesuatu” – adalah Yesus Kristus: “segala sesuatu diciptakan ... untuk [Yesus Kristus]” (ay. 16). “[Yesus Kristus] terlebih dahulu dari segala sesuatu,” di dalam keputusan kehendak Allah (ay. 17). Tujuan Allah adalah agar Yesus Krtistus “lebih utama dalam segala sesuatu” (ay. 18). “Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam [Yesus Kristus]” (ay. 19).

Inilah wawasan dunia yang agung!

Inilah penjelasan bagi eksistensi dunia!

Inilah filsafat sejarah!

Inilah makna kehidupan bagi kita semua!

Yesus Kristus adalah tujuan, alasan, makna dari segalanya karena Ia adalah permulaan dari segalanya: “... karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu” (Kol. 1:16). Yesus sendiri menyatakan, “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Why. 1:8; 22:13).

Oleh karena itu, panggilan bagi setiap orang yang memegang wawasan dunia ini adalah untuk mengakui, menaati, melayani, dan menghormati Yesus Kristus dengan setiap napas, di dalam setiap perkataan dan pernuatan. Dan di dalam setiap bidang kehidupan di dunia ini. Wawasan dunia Kristen – wawasan dunia Kristen – mendapati bahwa wawasan dunia “prinsip-prinsip Yudeo-Kristen” yang kabur benar-benar tidak bisa diterima. Orang-orang Yahudi dari prinsip-prinsip “Yudeo” menyangkal bahwa Yesus adalah Mesias. Wawasan dunia Kristen mengutuk wawasan dunia anugerah umum, yang, menurut pengakuannya sendiri, mengeluarkan Yesus dari gambaran – dari gambaran yang seutuhnya.

Kerajaan Manusia, yang muncul dari wawasan dunia Manusia, membenci dan menentang Yesus Kristus. Binatang di dalam Wahyu 13 – Antikristus di dalam realitas terpenuhnya: pribadi, kerajaan-dunia, dan komponen eklesiastis – ­adalah ciptaan dari naga yang muncul di Wahyu 12. Naga itu adalah Iblis. Tujuannya adalah kebinasaan Sang Anak Manusia, Yesus Kristus (ay. 1-5). Setelah peninggian Yesus Kristus dan dicampakkannya Iblis dari sorga ke bumi, Iblis mengonsentrasikan serangannya pada Yesus Kristus sebagaiman Ia hadir di dalam gereja-Nya dan anggota-anggotanya. Mereka memiliki “kesaksian Yesus” (ay. 6-17).

Menurut Wahyu 19:19, menjelang akhir sejarah si binatang akan mengumpulkan pasukan-pasukannya untuk “melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya,” yaitu melawan Yesus Kristus di dlam kerajaan-Nya di bumi.

Di dalam wawasan dunia Manusia, Manusia adalah Tuhan. Otonomi, ketuanan, kedaulatan yang mutlak, dari Manusia sendiri adalah hal yang fundamental bagi wawasan dunia modern.

Wawasan dunia Antitetis

Dengan jelas Kitab Wahyu mendefinisikan bahwa wawasan dunia Kristen bersifat antitetis. Satu ciri penting dari wawasan dunia Kristen adalah sifatnya yang antitetis. Wawasan dunia Kristen melihat sejarah sebagai pergumulan dan peperangan rohani antara dua tipe orang yang terbagi: di satu sisi adalah keturunan perempuan, yang adalah orang-orang percaya yang terpilih dan anak-anak mereka yang rohani dan terpilih, di dalam Yesus Kristus, di antara segala bangsa; di sisi lainnya adalah keturunan ular, yang adalah orang-orang yang tidak percaya yang reprobat dan fasik, para budak yang rela dari tuan mereka yang licik.

Theolog Reformed Herman Bavinck mengungkapkan pengertian wawasan dunia Kristen akan sejarah sebagai berikut: “Esensi sejarah terletak di dalam konflik yang dahsyat antara kegelapan dan terang, dosa dan anugerah, sorga dan neraka.”xiv

Terbaginya umat manusia adalah karena anugerah Allah yang melahirkan kembali di dalam keturunan perempuan, seturut keputusan kehendak-Nya tentang predestinasi. Keterbagian ini secara niscaya menyebabkan kebencian mutual dan perang. Isunya adalah Allah. Sejak awal sejarah umat manusia yang berdosa, Firman janji yang penuh anugerah dari Allah bukan hanya membicarakan, tetapi juga menyebabkan, pembagian umat manusia ini: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [yaitu Iblis] dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15).

Peperangan antara manusia yang menjadi budak Iblis dan orang-orang kudus adalah hal yang menonjol di dalam Kitab Wahyu, yang memberikan garis besar sejarah zaman ini dalam kaitannya dengan penganiayaan gereja Perjanjian Baru yang mula-mula oleh kekaisaran Romawi. Peperangan ini akan memuncak sesaat sebelum kedatangan Yesus yang kedua kalinya di dalam perang terakhir yang sangat hebat di mana Iblis dan kerajaannya, yang muncul dari wawasan dunia Manusia, melawan gereja yang sejati dan anggota-anggotanya: “Iblis akan ... mengumpulkan [bangsa-bangsa] untuk berperang ... [melawan] perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu” (Why. 20:7-9).

Kita, orang-orang percaya, sedang berada di dalam perang! Kita sedang diserang oleh warga kerajaan Manusia. Dan kita dari sisi kita melawan mereka, dan menyerang balik, dengan perlengkapan perang rohani dan persenjataan Firman Allah (Ef. 6:10-18; 2Kor. 10:3-6).

Berlawanan dengan natur antitetis dari wawasan dunia Kristen, wawasan dunia Manusia berupaya menghilangkan semua keterbagian di antara manusia, sehingga bisa ada kesatuan di bawah panji kesombongan Manusia.

Wawasan dunia Kristen berdasarkan anugerah umum yang palsu itu telah berdosa terhadap wawasan dunia Kristen yang antitetis yang berdasarkan Kitab Suci. Wawasan dunia anugerah umum meniadakan separasi dan peperangan rohani antara dua keturunan itu. Wawasan dunia anugerah umum menyatukan keduanya di dalam suatu keumuman yang tidak kurang daripada suatu “anugerah” dari Allah. Wawasan dunia anugerah umum memberikan kepada mereka sebuah tugas yang tidak kurang daripada menjadikan masyarakat dan dunia ini “Kristen.”

Hidup sebagai Pengembaraan

Wawasan dunia Reformed mengajari orang Kristen bahwa ia adalah seorang pengembara atau orang asing di bumi. Cara pandang seorang Kristen atas hidup ini adalah sebagai pengembaraan.

Orang Kristen harus aktif di dalam dunia, di dalam semua lembaga dan ordinansi – pernikahan dan keluarga, bisnis dan pekerjaan, gereja dan pemerintahan sipil, pendidikan. Ia boleh menggunakan dan menikmati setiap ciptaan, seperti diajarkan di dalam 1 Timotius 4:4: “Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram.”

Karena ia aktif di dalam dunia sebagai seorang hamba milik Tuhan Kristus, ia harus rajin di dalam aktivitasnya – bekerja keras, jujur, setia, bisa diandalkan, dan seterampil yang dimungkinkan oleh kemampuan-kemampuannya. Apa yang Rasul Paulus nasihatkan kepada para pekerja Kristen terus berlaku bagi semua perilaku dan relasi orang Kristen:

[Bekerjalah] dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia (Ef. 6:5-7).

Wawasan dunia Reformed bukanlah “pelarian dari dunia.” Ini adalah kesalahan serius dari kaum asket di dalam sejarah awal gereja pasca-rasuli, seperti yang dilakukan lebih belakangan oleh kaum Anabaptis di masa Reformasi.

Kaum asket dan Anabaptis mengajarkan bahwa dunia materiel secara inheren adalah jahat, sehingga kehidupan Kristen terdiri dari sebanyak mungkin melarikan diri dari kehidupan di bumi: “melarang orang kawin, melarang orang makan makanan” (1Tim. 4:3). Rasul Paulus mengutuk ajaran-ajaran ini sebagai “ajaran setan-setan” (ay. 1). Diciptakan oleh Allah pada mulanya, dunia materiel dan ketetapan di dalamnya adalah “baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur” (ay. 4). Dan memang ciptaan di bumi, seluruh makhluk di dalamnya, dan segala ketetapannya adalah dibuat oleh Allah bagi orang-orang percaya: “yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran” (ay. 3). Mencoba menjalani hidup di bumi dengan melarikand diri dari dunia bukan hanya mustahil, terapi juga menampar wajah Sang Pencipta.

Doa Yesus bagi para murid-Nya adalah “tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat” (Yoh. 17:15).

Pada saat yang sama, orang Kristen Reformed adalah pengembara di bumi. Ia memiliki kewarganegaraan ganda. Ia adalah warga negara Britania Raya, Irlandia, Prancis, Portugal, Amerika Serikat, atau negara lainnya di bumi. Di negaranya, ia adalah warga negara yang baik, jujur, setia, membayar pajak, tidak memberontak, demi Kristus.

Ia juga warga negara kerajaan sorga milik Yesus Kristus. Kewarganegaraan di dalam kerajaan sorga ini adalah yang primer dan untuk selamanya. Di seluruh hidupnya, orang percaya secara sadar berada di dalam perjalanan menuju negara sorgawi ini, tanah airnya yang kekal. Negaranya di bumi mendapatkan kesetiaannya. Negara sorgawinya mendapatkan hatinya.

Meskipun kehidupan kerajaan Kristus sudah ada di dalam hati orang percaya oleh Roh Kudus dan meskipun kerajaan itu sudah terwujud di dalam lembaga gereja (yang menjadi alasan mengapa wawasan dunia Manusia membenci dan menyerang gereja, dan mengapa orang percaya mencintai gereja, sekalipun masih ada berbagai ketidaksempurnaan pada gereja), kerajaan Kristus di dalam realitasnya yang disempurnakan ada di atas, di mana Yesus Kristus berada, di sebelah kanan Allah di sorga. Pengembara Kristen mencapai tanah airnya hanya melalui Sungai Yordan kematian yang meluap – pertama di dalam jiwa pada saat kematian, kemudian, secara penuh, pada saat kebangkitan tubuh pada hari Kristus.

Bahwa orang Kristen adalah orang asing dan pengembara bukan hanya berarti bahwa ia terasing dari kejahatan kaum fasik dan bergerak ke arah rohani yang berlawanan dari orang-orang yang dipimpin oleh wawasan dunia Dunia.

Orang Kristen bukan hanya orang asing dan pengembara dalam kaitannya dengan dunia yang jahat. Ia juga orang asing dan pengembara dalam kaitannya dengan bumi ini, negaranya di bumi, dan bahkan kehidupan di bumi ini sendiri. Ibrani 11:13 memperhitungkan iman kepada pengakuan bahwa orang-orang percaya adalah “orang asing dan pendatang di bumi ini.” Negara yang mereka rindukan dan “cari” bukanlah Kanaan di dalam Perjanjian Lama, atau Amerika Serikat di dalam Perjanjian Baru, melainkan negara yang “lebih baik” daripada negara mana pun di bumi, yaitu “tanah air sorgawi” (ay. 14-16).

Sebagai pengembara, orang Kristen tidak pernah terhisab di dalam kehidupan di bumi. Ia tidak pernah menambatkan hatinya pada relasi-relasi di bumi, termasuk pernikahan dan keluarga, meskipun keduanya begitu berharga; pada kesenangan-kesenangan di bumi, tidak peduli seberapa sah dan menyenangkannya; pada harta benda di dumi, tidak peduli seberapa banyak dan bernilainya; pada prestasi-prestasi di bumi, meskipun itu begitu mengesankan. Ia memiliki istri tetapi berlaku seakan-akan ia tidak memiliki. Ia menangisi malapetaka di bumi tetapi seolah-olah ia tidak menangis. Ia bergembira atas kesenangan dan keberhasilan di bumi seolah-olah ia tidak bergembira. Ia membeli dan memiliki harta benda dan properti tetapi seakan-akan ia tidak memiliki semuanya itu. Ia menggunakan dunia fisik ini tetapi seolah-olah tidak menggunakannya (1Kor. 7:29-31).

Kehidupan di bumi bukanlah segalanya. Kehidupan di bumi bukanlah hal utama. Kehidupan di bumi hanya singkat. Kehidupan di bumi bukanlah sasaran. Kehidupan di bumi yang berhasil bukanlah sasaran bagi orang percaya. Bahkan kehidupan di bumi yang berhasil merupakan pencobaan untuk melepaskan pandangan kita dari sasaran yang sebenarnya. Oleh karena itu, Allah karena kemurahan-Nya menulahi kehidupan kita di bumi dengan kesedihan, sakit, dan pergumulan, sehingga kita tetap memandang kepada sasaran: tanah air sorgawi, “kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibr. 11:10), “tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2Kor. 5:1).

Kehidupan di bumi hanyalah jalan menuju sasaran itu.

Pengembaraan adalah hal mendasar bagi wawasan dunia Kristen. Ketika Yesus mendeskripsikan kejahatan umat manusia pada saat kedatangan-Nya yang kedua kalinya, yang akan menyebabkan kebinasaan banyak orang, Ia berkata bahwa mayoritas akan merasa nyaman di bumi, sibuk dengan pengejaran akan dunia dan kesenangannya: “Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan” (Mat. 24:38). Untuk melawan pencobaan-pencobaan ini – yaitu menghentikan pengembaraan – para murid Kristus harus “berjaga-jaga” (ay. 42).

Menurut terjemahan yang tepat atas Filipi 3:20, kewarganegaraan kita adalah di sorga. Pemahaman akan kewarganegaraan ini begitu kuat mencengkeram kita sehingga kita selalu menantikan kedatangan Sang Juruselamat, Tuhan kita Yesus Kristus.

Sebaliknya, bagi wawasan dunia Manusia, kehidupan di bumi ini adalah segalanya yang ada. Wawasan dunia Manusia adalah materialisme. Kematian mengakhiri eksistensi manusia (demikian pernyataan pendukung wawasan dunia Manusia, meskipun mereka tahu yang sebenarnya, dan gemetar karena penghakiman yang akan terjadi setelah kematian). Oleh karena itu, wawasan dunia Manusia tidak bermakna sekaligus tidak berpengharapan, tidak peduli bagaimana penganjurnya – Richard Dawkins, dan Bertrand Russell sebelumnya – mencoba untuk menampilkan wajah yang mengesankan untuk wawasan dunia ini: “Orang bisa menjalani hidup yang bahagia dan puas tanpa agama supernatural.”xv

Terhadap wawasan dunia Manusia ini, dan kehidupan yang sia-sia yang dijalani di dalam bayangannya, Pengkhotbah sudah memberikan penghakiman sejak dulu – penghakiman yang mengungkapkan keyakinan dan perasaan di hati setiap manusia: “Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.”

Kebenaran tentang pengembaraan juga mengekspos wawasan dunia anugerah umum. Meskipun wawasan dunia anugerah umum masih berbasa-basi tentang sorga, pengembaraan adalah hal yang asing baginya. Biasanya, bahkan basa-basi pun tidak ada. Di dalam eksposisi tipikal wawasan dunia anugerah umum, pengembaraan tidak disebut-sebut. Orang hampir tidak bisa mencari kota sorgawi ketika ia terlibat di dalam pekerjaan membangun kota bumiah yang baik, saleh, dan bahkan di-Kristenisasikan. Dengan merasa nyaman di dalam sebuah negara bumiah yang di-Kristenisasikan, dipersatukan dengan semua penghuni lainnya oleh anugerah umum Allah, hanya dengan kesulitanlah orang baru dapat melaksanakan, atau bahkan memikirkan, peran dari seorang asing dan pengembara.

“Tidak Banyak Orang yang Terpandang”

Satu lagi ciri dasar dari wawasan dunia Kristen adalah presentasinya bahwa secara umum kehidupan dan pekerjaan Kristen adalah biasa. Kehidupan yang ada dalam pandangan wawasan dunia Kristen adalah kehidupan orang percaya yang bersahaja, tidak signifikan, dan tidak menjadi perhatian.

Di dalam wawasan dunia Kristen ada tempat bagi jenius Kristen yang kadang muncul dan pencapaian Kristen yang langka yang menjadi sorotan dunia – seorang Augustine atau Luther; musik J. S. Bach; pemerintahan oleh burung yang langka, yaitu seorang pemimpin yang Kristen yang saleh.

Tetapi wawasan dunia Alkitab tidak menekankan pada orang-orang atau perbuatan-perbuatan seperti itu. Sebaliknya, wawasan dunia Alkitab memberi keutamaan kepada kehidupan yang biasa dan tidak terkenal namun kudus dari orang-orang percaya yang sebagian besarnya adalah orang-orang bersahaja dan tidak signifikan di dalam dunia ini. Pengakuan iman mereka akan Yesus Kristus; penyembahan mereka yang murni kepada Allah sejati yang tritunggal dan esa di gereja pada hari Minggu; pernikahan mereka yang setia; kehidupan keluarga mereka yang saleh dan tertib; perilaku mereka yang bertanggung jawab di tempat kerja maupun di waktu luang; perbuatan-perbuatan mereka untuk menolong orang-orang yang membutuhkan di dalam nama Kristus – semuanya ini adalah karakteristik dari kehidupan yang wawasan dunia Kristen hasilkan, puji, dan dorong.

Sebaliknya, wawasan dunia Manusia meninggikan mereka terkenal, glamor, berkuasa, dan sukses. Di satu sisi, wawasan dunia ini hanya mengakui pencapaian-pencapaian yang hebat oleh orang-orang yang berbakat istimewa – kemenangan politik, musik yang populer, prestasi atletik, terobosan ilmiah. Di sisi lain, wawasan dunia Manusia permisif terhadap semua perbuatan yang melanggar hukum dan menjijikkan oleh orang banyak, khususnya seksualitas yang melanggar hukum dan menyimpang.

Wawasan dunia anugerah umum, di dalam obsesinya dengan “budaya,” juga cenderung meninggikan hanya kaum terpelajar, seniman, yang berpunya, para dokter, pengacara, penulis.

Perguruan-perguruan tinggi yang mengagumi wawasan dunia anugerah umum tidak pernah memberikan penghargaan kepada buruh pabrik yang membesarkan dua belas orang anak yang takut akan Allah, yang dengan setia melayani gereja dan sekolah Kristen, dan yang bersinar di dalam dunia kegelapan.

Allah akan memberi penghargaan kepada orang percaya biasa. Kitab Suci menyebut penghargaan ini “upah.”

Memberi secawan air dingin di dalam nama Yesus Kristus adalah perbuatan yang bernilai di dalam pandangan Allah dan, dengan demikian, di dalam pandangan wawasan dunia Kristen (Mat. 10:42):

... tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1Kor. 1:26-29).

 

Penerapan pada Kehidupan Orang Kristen

Keanggotaan Gereja

Penerapan kebenaran wawasan dunia Kristen harus dimulai dengan panggilan kepada setiap orang percaya Reformed dan anak-anak dari orang percaya Reformed untuk menjadi anggota yang aktif dari gereja Yesus Kristus yang sejati dan terlembaga. Sangat mencengangkan bahwa banyak pembahasan tentang topik wawasan dunia oleh orang-orang yang mengaku Kristen sama sekali mengabaikan kewajiban keanggotaan gereja.

Wawasan dunia Kristen menuntut agar Allah dipermuliakan sebagai tujuan utama manusia. Manusia mempermuliakan Allah, di atas segalanya, di dalam penyembahan publik oleh gereja yang sejati.

Wawasan dunia Kristen menghormati Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, awal dan akhir dari seluruh jalan Allah di dalam ciptaan dan sejarah. Yesus Kristus dihormati, di atas segalanya, dengan pemberitaan doktrin Injil yang murni oleh gereja yang sejati dan terlembaga.

Selain itu, Roh Kristus bekerja melalui pemberitaan Injil oleh gereja untuk menekankan wawasan dunia tentang Allah pada pikiran kita yang percaya, dan melalui sakramen-sakramen Ia menancapkan wawasan dunia Kristen semakin dalam di pikiran kita. Melalui pemberitaan dan sakramen-sakramen, Roh memampukan kita untuk menghidupi wawasan dunia Kristen sebagai kehidupan di dalam ketaatan kepada Taurat Allah. Wawasan dunia bukanlah teori; wawasan dunia adalah kehidupan.

Kuasa dari wawasan dunia Kristen adalah anugerah – anugerah yang tunggal dan penuh kuasa dari Allah di dalam Yesus Kristus. Allah memberi anugerah ini kepada orang-orang percaya pilihan dan anak-anak mereka melalui sarana-sarana anugerah, di dalam gereja yang terlembaga. Anugerah ini adalah kekuatan bagi orang-orang percaya dan anak-anak mereka untuk melawan kekuatan wawasan dunia Manusia yang besar, karena anugerah ini adalah hikmat untuk menembus kelicikan wawasan dunia Manusia.

Kristus telah menyerahkan kepada Gereja yang katolik dan am itu pelayanan, sabda, dan pranata-pranata yang ditetapkan Allah untuk mengumpulkan dan menyempurnakan orang-orang kudus dalam kehidupan ini, sampai akhir dunia (Pengakuan Iman Westminster 25:3).

Dari Generasi ke Generasi

Kedua, para orang tua Kristen harus mewariskan wawasan dunia mereka dan kehidupannya kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Gereja menolong di dalam pengajaran ini, karena anak-anak dari orang-orang percaya adalah juga anggota gereja, oleh kebaikan kovenan Allah. Di dalam ketaatan kepada mandat dari Kristus, gereja memberi makan dan merawat “anak-anak domba” milik Kristus (Yoh. 21:15).

Tetapi para orang tua harus menanamkan wawasan dunia Kristen di dalam diri anak-anak mereka sendiri, melalui pengajaran, disiplin, dan teladan, sejak usia mereka masih dini: kebenaran tentang Allah di dalam Kristus; asal-usul segala sesuatu; berakhirnya segala sesuatu pada hari Kristus; nilai-nilai Kristen; jalan hidup yang bijaksana dan benar; peperangan rohani di dalam zaman kita antara dua wawasan dunia dan dua kerajaan. “Dan kamu, bapa-bapa ... didiklah [anak-anakmu] di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4).

Allah menghendaki agar kebenaran-Nya diwariskan dari ayah kepada anak.

Untuk pengasuhan anak yang mewariskan wawasan dunia Kristen dari generasi ke generasi, pernikahan yang baik dan keluarga yang damai mutlak diperlukan.

Ketika dimungkinkan, sekolah-sekolah Kristen merupakan tuntutan kovenan. Sekolah-sekolah Kristen sangat bernilai bagi pengajaran wawasan dunia Kristen yang diterapkan pada semua cabang pengetahuan dan semua ketetapan dari kehidupan bumiah. Dengan memperhatikan transmisi wawasan dunia Kristen kepada anak-anak dari orang-orang percaya (meskipun tidak menggunakan, atau bahkan tidak mengenal, istilah tersebut), tata gereja Reformed yang diadopsi di Dordrecht pada awal abad ketujuh belas meliputi tuntutan dari Artikel 21:

Di semua tempat Majelis-majelis Gereja harus memberi perhatian pada pengadaan guru-guru sekolah yang baik, yang tidak hanya mengajar anak-anak membaca, menulis, bahasa-bahasa, dan ilmu-ilmu umum, tetapi juga mengajar mereka kesalehan dan Katekismus [Heidelberg]xvi

Iblis adalah musuh yang sebenarnya dari wawasan dunia Kristen. Ia juga merupakan kuasa di balik layar yang mempromosikan wawasan dunia Manusia. Mengetahui pentingnya membesarkan anak secara saleh untuk mempertahankan dan melestarikan wawasan dunia Kristen, Iblis berupaya menghancurkan pernikahan dan keluarga dan menggunakan sekolah-sekolah negeri, yang merupakan mesin-mesin yang kuat dari wawasan dunia Manusia, untuk mendidik anak-anak dari berbagai negara di Barat di dalam wawasan dunia Manusia.

Mengindikasikan murkanya terhadap wawasan dunia Kristen, dan apa yang dipersiapkan oleh para pendukung wawasan dunia Manusia bagi orang-orang Kristen, Iblis sekarang mengancam untuk merampas anak-anak orang percaya dari keluarga mereka dan dari sekolah-sekolah Kristen. Richard Dawkins dengan sikap menyetujui mengutip dari koleganya, psikolog Nicholas Humphrey.

Para orang tua [baca: para orang tua Kristen] ... tidak memiliki lisensi yang diberikan oleh Allah untuk mengkulturisasi anak-anak mereka menurut cara apa pun yang mereka pilih sendiri: tidak ada hak untuk membatasi cakrawala pengetahuan anak-anak mereka, untuk membesarkan mereka di dalam atmosfer sebuah dogma dan takhayul, atau menekan mereka agar mengikuti jalan yang lurus dan sempit dari iman mereka sendiri. Singkatnya, anak-anak memiliki hak atas pikiran mereka untuk tidak dibingungkan dengan omong kosong, dan kita sebagai masyarakat berkewajiban untuk melindungi mereka dari itu. Maka kita seharusnya tidak mengizinkan para orang tua untuk mengajari anak-anak mereka untuk memercauai, misalnya, kebenaran harfiah dari Alkitab ... sebagaimana kita seharusnya tidak mengizinkan orang tua untuk merontokkan gigi anak-anak mereka atau mengurung mereka di ruang bawah tanah.xvii

Alasan untuk hidup

Ketiga, meskipun kita dipanggil untuk memerangi wawasan dunia dan kerajaan Manusia, panggilan utama kita adalah positif. Ketika dipahami dengan tepat, Kitab Pengkhotbah adalah mengenai wawasan-wawasan dunia – dua wawasan dunia. Yang satu adalah wawasan dunia Manusia – wawasan dunia Manusia yang terpisah dari Allah. Mengenai wawasan dunia itu dan seluruh kehidupan manusia yang dijalani menurut wawasan dunia itu, Pengkhotbah memberikan penghakiman, “Kesia-siaan belaka.” Tidak ada alasan untuk hidup. Hidup ini tidak masuk akal. Hidup ini tidak memiliki tujuan. Hidup ini percuma.

Wawasan dunia kedua adalah wawasan dunia Allah – wawasan dunia Allah sebagai tujuan manusia. Ketika diberi hak untuk memiliki wawasan dunia ini, manusia memiliki sebuah panggilan. Panggilan ini positif: “Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya” (Pkh. 12:13). Panggilan ini, yang dilaksanakan, bukan secara terpisah dari kehidupan bumiah dan ketetapan-ketetapannya, melainkan di dalam kehidupan bumiah dan ketetapan-ketetapannya, memberi hidup ini makna, tujuan, dan nilai. Setiap orang percaya memiliki alasan untuk hidup.

Harapan

Yang terakhir, penerapan kebenaran wawasan dunia pada kehidupan Kristen adalah harapan. Wawasan-wawasan dunia menjanjikan kemenangan di masa depan bagi penganutnya. Inilah daya tarik dan kuasanya. Semua wawasan dunia, kecuali wawasan dunia Reformed, berbohong ketika mereka menjanjikan kemenangan kepada para penganutnya. Wawasan dunia Nazi dan “Third Reich”-nya, yang katanya akan bertahan selama seribu tahun, tercabik-cabik bersama reruntuhan kota Berlin dan bersama mayat Adolf Hitler yang membunuh dirinya sendiri. Impian wawasan dunia Marx, Lenin, dan Stalin hancur berkeping-keping di dalam runtuhnya Komunisme Rusia. Wawasan dunia anugerah umum telah terbukti merupakan kegagalan yang kelam.

Demikian pula, wawasan dunia Manusia di dalam perkembangan terpenuhnya akan runtuh pula akhirnya di dalam kekalahan yang telak. Di akhir sejarah, Allah akan menghancurkan Babel yang dibangun oleh wawasan dunia Manusia. Tidak akan ada satu bagian pun dari semaraknya yang tersisa (Why. 18). Batu kecil yang adalah kerajaan Kristus akan menggilas kerajaan Manusia menjadi debu, dan angin murka Allah akan meniup tepung itu sampai berhamburan dan tidak berbekas (Dan. 2:34-35).

Wawasan dunia Injil Kristen akan bertahan dan menaklukkan. Kerajaan dari wawasan dunia ini adalah kekal (Dan. 7:13-14, 27). Dasarnya adalah kebenaran Allah di dalam salib Yesus Kristus. Rajanya adalah Yesus Kristus yang sudah bangkit, yang kepada-Nya Allah telah memberikan segala kuasa dan yang di dalam diri-Nya Allah telah mengerjakan segala kuasa (Mat. 28:18; Ef. 1:19-21). Kuasanya adalah anugerah yang berdaulat, tidak terkalahkan (anugerah yang menyelamatkan dan yang membangun kerajaan), yaitu Roh Kudus dari Yesus Kristus (Ef. 6:10-20).

Setiap laki-laki, perempuan, dan anak yang memegang dan menghidupi wawasan dunia Kristen, dengan iman kepada janji dari Injil, akan berbagian di dalam kemenangan wawasan dunia ini: kebangkitan tubuh dan hidup serta bertakhta bersama Kristus di dalam ciptaan yang baru (Flp. 3:21; Why. 3:21).

Di dalam harapan dari kemenangan ini, mereka hidup, bekerja, bertahan, menderita, dan mati.

Harapan ini, tidak akan Allah permalukan.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.


i David J. Engelsma, “The Reformed Worldview on Behalf of a Godly Culture” (Grandville, MI: Faith and Grandville Protestant Reformed Evangelism Committees, 2005), hlm. 7.
ii Richard Dawkins, The God Delusion (London: Black Swan, 2007), hlm. 51.
iii Ibid., hlm. 52.
iv Dikutip di dalam Peter Hitchens, The Rage Against God (Grand Rapids, MI: Zondervan, 2010), hlm. 150.
v Ibid., hlm. 214.
vi Ibid., hlm. 134, 211.
vii Dalam bahasa Yunaninya adalah arithmos ... anthroopou esti. Tidak adalah kata sandang tertentu (definite article) pada anthroopou (manusia), dan kata manusia di sini adalah generik – manusia, atau umat manusia – bukan kata yang merujuk kepada seorang laki-laki tertentu, seperti Nero misalnya.
viii “Seperti Allah” (“as God”) adalah terjemahan yang tepat dari bahasa Ibraninya, tidak seperti KJV yang menerjemahkannya sebagai “as gods.” Dosa asal kita bukanlah sekadar keinginan akan sepotong buah terlarang, melainkan keinginan untuk menjadi Allah. Tindakan ketidaktaatan yang melaksanakan keinginan tersebut adalah pemberontakan yang dimaksudkan untuk melengserkan Allah dari takhta-Nya dan menaikkan Manusia ke atas takhta itu.
ix Lihat buku Kuyper, Lectures on Calvinism (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1953), yang merupakan publikasi dari ceramah-ceramah yang ia sampaikan di Princeton Theological Seminary pada tahun 1898. Eksposisi penuh dari wawasan dunia anugerah umum Kuyper adalah karyanya dalam tiga jilid, De Gemmene Gratia [Anugerah Umum] (Amsterdam: Hoveker & Wormser, 1902-1904). Karya ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
x Mengenai tiga poin dari anugerah umum yang diadopsi oleh Christian Reformed Church pada tahun 1924 dan kritikan yang Reformed, alkitabiah, dan kredal atasnya, lihat Herman Hoeksema dan Herman Hanko, Ready to Give an Answer (Grandville, MI: RFPA, 1997), hlm. 35-159.
xi Di antara kaum Injili terkemuka yang memegang dan mempromosikan wawasan dunia anugerah umum adalah Charles Colson dan Richard J. Mouw. Di dalam Christianity Today, Colson menulis, “Orang-orang Kristen adalah agen-agen dari anugerah Allah yang menyelamatkan – membawa orang lain kepada Kristus ... tetapi kita juga adalah agen-agen dari anugerah-Nya yang umum: menopang dan memperbarui ciptaan-Nya, membela lembaga-lembaga ciptaan berupa keluarga dan masyaralat, dengan mengkritik wawasan dunia yang palsu” (“Reclaiming Occupied Territory,” Christianity Today [Agustus 2004], hlm. 64). Mouw baru-baru ini telah memperbarui proklamasi wawasan dunia anugerah umum dari Kuyper dan Christian Reformed Church di dalam bukunya, He Shines in All That’s Fair: Culture and Common Grace (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2001). Untuk respons Prostestant Reformed kepada Mouw, lihat David J. Engelsma, Common Grace Revisited: A Response to Richard J. Mouw’s He Shines in All That’s Fair (Grandville, MI: RFPA, 2003).
xii Sebagai bukti dari pengamatan yang suram ini, lihat Engelsma, “The Reformed World View,” hlm. 31-32.
xiii Pembelaan bagi dan dorongan untuk menyatukan kaum Injili dan Katolik Roma terdapat di dalam Evangelicals and Catholics Together: Toward a Common Mission, ed. Charles Colson dan Richard John Neuhaus (Dallas, TX: Word, 1995). Colson merujuk kepada persekutuan Abraham Kuyper dengan kaum Katolik Roma untuk “membawa reformasi moral dan sosial ke Belanda” (hlm. 39).
xiv Herman Bavinck, Wijsbegeerte de Openbaring [judul Inggris: Philosophy of Revelation] (Kampen: Kok, 1908), hlm. 119. Terjemahan dari bahasa Belanda oleh penulis. Bavinck berkontribusi di dalam kompromi yang fatal terhadap pandangan tentang sejarah ini dengan dukungannya kepada wawasan dunia anugerah umum. Lihat bukunya Algemeene Genade [judul Inggris: Common Grace] (Grand Rapids, MI: Eerdmans-Sevensma, tanpa tanggal). Anugerah umum mereduksi “konflik yang dahsyat antara kegelapan dan terang” menjadi gencatan senjata yang gampangan yang di dalamnya segala sesuatu menjadi abu-abu.
xv Dawkins, The God Delusion, hlm. 395.
xvi Tata Gereja Dordrecht 21, di dalam Joh. Jansen, Korte Verklaring van de Kerkenordening [judul Inggris: Brief Explanation of the Church Order] (Kampen: Kok, 1923), hlm. 87. Terjemahan dari bahasa Belanda oleh penulis. Teks Indonesia dari: http://reformed.sabda.org/tata_gereja_belanda_dordrecht_1619.
xvii Dawkins, The God Delusion, hlm. 366-367.