Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Kehidupan dan Theologi dari D. L. Moody
(dengan penekanan khusus atas Kampanye Keinggrisannya)

Martyn McGeown

 

Daftar Isi

I. Pendahuluan
II. Pertobatan Moody dan Pelayanan Awalnya
III. Pengaruh Injili Inggris atas Moody
IV. Permulaan dari Kampanye Keinggrisan Moody
V. Metode-Metode Moody
VI. Theologi Moody
VII. Khotbah Moody
VIII. Perlawanan terhadap Moody
IX. Efek dari Moodyisme

 

I. Pendahuluan

Dwight Lyman (D. L.) Moody (1837-1899) tumbuh di Northfield, Massachusetts. Ayahnya meninggal ketika dia berumur 4 tahun, meninggalkan ibunya dengan tugas membesarkan 6 orang anak sendirian. Dia dan saudara kandungnya dibaptiskan di dalam nama Allah Tritunggal oleh seorang pelayan Unitarian yang ”moderat”.1 Moody bukanlah anak yang saleh. Dia juga memiliki sedikit ketertarikan dalam bersekolah, dikatakan oleh beberapa penulis biografinya yang memperkirakan bahwa dia tidak pernah melampaui kelas lima SD.2 Dari permulaan yang tidak menjanjikan ini, Moody menjadi seorang penginjil mendunia yang terkenal. Beberapa orang memperkirakan bahwa sebagai seorang pengkhotbah, dia telah menyampaikan Injil kepada satu juta jiwa.3 Terlepas apakah laporan demikian di mana dia telah ”mengurangi sejuta populasi yang ke neraka”4 itu benar atau tidak, hal itu tidaklah dapat dibantah bahwa pengaruh Moody tetap hidup kini. Namun apakah yang Moody ajarkan, siapa yang memengaruhinya secara theologis, dan apakah efek-efek terakhir dari pelayanannya pada gereja, khususnya di Inggris Raya, di mana dia membawa kampanye injili yang umumnya terjadi di tahun 1870-an itu?

 

II. Pertobatan Moody dan Pelayanan Awalnya

Moody menelusuri “pengalaman pertobatan”nya pada tahun 1855 di kota Boston di mana dia dipekerjakan oleh pamannya untuk menjual sepatu. Moody menjadi seorang penjual yang entusias. Di dalam pekerjaannya, dia telah mengincipi sebelumnya semangat ketika dia akan mengejar jiwa di dalam karirnya sebagai penginjil. Curtis menggambarkan teknik Moody:

Moody menunggu di depan pintu, menyodorkan kepada pelanggannya dengan tiba-tiba segera setelah tampak diri mereka. Dan jika mereka tidak muncul, dia menjajakannya di jalan-jalan, mengendus mereka hingga ke rumah mereka.5

Paman Moody mendesak dia untuk bergabung di gereja, maka dia mulai menghadiri Gereja Jemaat Gunung Vernon.6 Pada saat itu, dia benar-benar tidak perduli Kitab Suci dan seorang yang tidak kenal theologi yang bahkan bagian yang paling remeh. Anak muda itu mulai menghadiri Sekolah Minggu di mana gurunya adalah Edward Kimball. Kimball adalah seorang yang diperhitungkan memimpin Moody yang muda itu kepada Sang Juruselamat. Pada 21 April 1855, Kimball merasa itulah saatnya untuk ”mendekati Moody untuk memutuskan menerima Kristus.”7 Kimball memberitahukan Moody akan kasih Kristus baginya dan dari kasih Kristus yang menginginkan dirinya kembali dan anak muda itu menanggapi secara serius ”gerakan tubuh yang memperingatkan” ini.8 Pada tanggal 16 Mei 1855, Moody menunjukkan dirinya di hadapan para pemimpin Gereja Jemaat Gunung Vernon sebagai anggota yang berpotensi. Panitia penyeleksi menemukan dia begitu tidak tahu doktrin-doktrin dasar. Dia tidak memahami apa yang dimaksud ”pertobatan”nya, terlepas dari perasaannya yang tulus dan bersungguh yang dia tidak dapat ungkapkan. Hingga hal itu ditanyakan, ”Apa yang Kristus telah lakukan bagimu dan bagi kita sekalian sehingga Dia mau menerima kasih dan ketaatan kita?” Moody hanya menjawab, ”saya berpikir dia telah melakukan perkara yang agung bagi kita sekalian, tetapi saya tidak tahu apa-apa bahwa dia telah melakukan hal yang istimewa.”9 Findlay menyatakan, ”Roh Kudus mungkin menghinggapi, tetapi tentunya hal itu tidak membawa pengetahuan [demikian]”.10 Dapatkah hal itu yang diterima dan diketahui Moody mengenai hal-hal dari Roh Allah, selain dari ”orang duniawi/natural” (1Kor. 2:14)? Mereka yang telah menerima Roh ”supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita” (1Kor. 2:12). Moody tidak mengetahui apa pun. Dan yang lebih parah, “ketika dia berdiri di hadapan panitia penyeleksi hampir setahun kemudian, muncullah sedikit pencerahan”.11 Pada 3 Mei 1856, surat lamaran Moody untuk menjadi anggota gereja akhirnya dikabulkan, oleh karena ketulusannya daripada pengetahuan kebenaran apa pun.12 Hal ini adalah masalah yang sering terjadi ketika “petobat” dari seorang yang berdosa hanyalah pengalaman emosi. Banyak orang yang mengaku “dipimpin Kristus” tidak memiliki ide apa pun siapakah Kristus atau apa yang Dia kerjakan. Mereka mengundang Kristus ini ke dalam kehidupan mereka tetapi mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Edward Kimball tentu tulus dalam kesaksiannya kepada Moody yang muda dan Moody juga menanggapi dengan tulus, tetapi hasil dari kesaksian seperti ini akan memenuhi gereja dengan anggota-anggota yang bebal, yang tidak mengenal siapa yang disembah mereka (Yoh. 4:22).

Singkatnya setelah bergabung dengan gereja di Boston, Moody dikirim keanggotaannya ke kota Chicago. Dia mengembangkan suatu semangat untuk mencari yang terhilang bagi Kristus dan menyisihkan banyak waktu luangnya untuk bersaksi kepada orang yang belum percaya. Dia berpartisipasi di dalam berbagai persekutuan (pertemuan) gereja, berusaha melayani di mana pun dia bisa, tetapi hal itu malah membuat dirinya menjadi tidak populer dengan pengurus gereja. Seseorang menyebut kekurangan Moody akan kecenderungannya di dalam persekutuan doa:

Terkadang dalam doanya, Moody akan mengungkapkan pendapatnya kepada Tuhan mengenai kaum tua-tua gereja yang tentunya tidak bermaksud memuji. Jelaslah hal itu segera setelah dia menerima nasihat yang sama secara kebapakan di mana hal itu telah disampaikan kepadanya di Boston ... lalu menyebutkan dan mendoakan mereka itu supaya dapat melakukan hal itu lebih baik lagi.13

Putus asa pada kurangnya dukungan dari gereja yang mapan dan atas permohonan kegiatan yang lebih luas, Moody membuat sekolah Minggunya sendiri di dalam kawasan kumuh di Chicago tahun 1859. McLoughlin mengatakan,

Dia mencoba untuk mengajar sekolah Minggu tetapi dianggap terlalu mengabaikan penggunaan Alkitab, maka dia membaktikan dirinya untuk mengumpulkan murid-murid untuk diajarkan oleh orang lain.14

Findlay menggambarkan dedikasi Moody untuk bekerja menarik murid-murid bagi sekolahnya sebagai “hampir mencekam di dalam pemikiran tunggal itu”.15 Oleh perilakunya yang tidak orthodoks, dia mendapat sebutan “Moody yang gila” dan mendirikan sebuah “jemaat dari kaum pemuda berandal yang begitu besar bahkan Abraham Lincoln sendiri perlu melihatnya sendiri”.16 Moody terus menyaksikan kepada orang yang belum percaya di Chicago, mempekerjakan teknik penjualan pemaksaan yang sama: “Dengan cara kasar yang salah tingkah, dia mendekati orang yang lewat di pinggir jalan dengan ringannya bertanya, ‘Apakah kamu orang Kristen?’17

Dia memaksa orang secara terang-terangan di dalam persekutuannya:

Moody akan menerima jemaat di persekutuan doa siang tahun 1860-an dengan mendekati orang yang lewat dengan pertanyaan, ’Apakah engkau bagi Yesus?’. Entah mereka menjawab ya atau tidak, Moody mendesak bahwa kehadiran mereka di persekutuan adalah perintah yang jelas dan memaksa mereka masuk ke dalam gedung pertemuan. Ketika gerombolan itu didapatkan, dia sering masuk dan memimpin sendiri persekutan tersebut ... dia akan memanggil mereka satu persatu naik ke podium ... ’pria yang berambut merah yang duduk di belakang itu, apakah kamu seorang Kristen?’ Jika mereka menjawab dengan jawaban yang lemah atau negatif, hal itu akan menyudutkan dia kepada pertanyaan, ’Apakah engkau ingin diselamatkan sekarang?’ Dan pria yang terkejut itu akan bertelut di samping Moody dan pekerja YMCA [Young Man’s Christian Association – seperti Perkantas di Indonesia] yang lain di hadapan Moody memiliki waktu untuk menggurui orang tersebut.18

Taktik mengolok-olok semacam ini tidak membentuk seorang yang bertobat akan bertahan lama. Jelaslah, Moody memang memiliki semangat bagi Allah, tetapi bukan berdasarkan pengertian yang baik (bdk. Rm. 10:3). Findlay menegaskan,

Walaupun dia menjadi lebih membatasi metodenya kemudian, dia tidak pernah sepenuhnya meninggalkan segala hal ini, melainkan condong bersifat kompulsif untuk mencoba memaksa petobat yang berpotensi untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga secara kasar.19

Selama masa ini (1860), Moody menyerahkan karir yang menguntungkan dalam bidang penjualan dan memutuskan untuk melayani purna waktu untuk kerajaan Allah. Hal ini adalah pengorbanan yang penting pada bagiannya sejak dia tidak memiliki sumber pendapatan yang jelas.

Perjalanan Moody selanjutnya adalah untuk mendirikan sebuah gereja. Jemaatnya dari kalangan masyarakat yang miskin dan terbuang menemukan gereja-gereja yang telah ada itu dengan sikap tidak bersahabat dan tidak kekeluargaan. Jalan keluar Moody adalah untuk mengatur gereja menurut rancangannya sendiri. ”Gereja Jalan Illinois” miliknya mulai berdiri tanggal 30 Desember 1864. Meskipun Moody tidka pernah ditahbiskan menjadi pendeta, ”dia melaksanakan semua upacara gerejawi, kecuali upacara pernikahan, dari tahun 1864 hingga 1866” setelah waktu itu, dia didorong gereja untuk meraih jabatan pendeta muda, meskipun Moody sendiri ”tetap memegang kekuatan yang membimbing itu”.20 Pada pengakuan iman di gereja Moody digambarkan oleh McLoughlin:

Moody dan pengikutnya mengambil pengakuan iman mereka sendiri, yang bertuliskan hanya teks alkitab yang terikat bersama untuk menjelaskan doktrin Trinitas, infalibilitas [ketidak silapan] Kitab Suci, keberdosaan manusia, pendamaian Kristus yang bersifat menggantikan, ketersediaan keselamatan bagi semua manusia dan praktik perjamuan kudus.21

Jelaslah, dalam beberapa tahun berikutnya “pengalaman pertobatannya” tahun 1855, Moody telah bertumbuh sedemikian di dalam pemahamannya akan persoalan theologis. Curtis menambahakn titik penting mengenai ”credo” yang diambil oleh Gereja Jalan Illinois. Mereka mengadopsi doktrin-doktrin Kongregasional, tetapi ”mereka tidak mencantumkan artikel Kongregasionalis mengenai Predestinasi”.22

Tahun 1871, Moody telah dipilih untuk keempat kalinya sebagai Presiden dari YMCA. Dia memiliki sebuah gereja yang giat, dan dia telah menikahi Emma Revell (1862). Pengaruhnya di Chicago dan di tempat lain bertumbuh.

Dua orang wanita yang memberikan pangaruh utama pada perjalanan rohaninya. Sarah Cooke and W. R. Hawxhurst adalah pekerja YMCA yang secara teratur menghadiri pertemuan-pertemuan Moody. Cooke memberitahukan Hawxhurst bahwa dia memiliki beban bagi Moody supaya dia boleh menerima “baptisan Roh Kudus dan api”. Ketika dua wanita itu memberitahukan Moody bahwa mereka berdoa supaya dia boleh menerima pentahbisan istimewa dari Roh Kudus, dia terganggu akan saran mereka. Akan tetapi, tidak lama kemudian, Moody bergabung dengan Hawxhurst dan Cooke dalam permohonan kepada Tuhan atas berkat tersebut.23 Bencana terjadi pada bulan Oktober 1871. Api membara menjalar di seluruh kota dan menghancurkan pekerjaan Moody­ – gerejanya, YMCA dan rumahnya hancur seluruhnya di dalam kobaran api itu. Ketika perjalanan mencari dana bagi kota New York di tahun 1871, Moody mengalami pengalaman ”berkat kedua” yang dia sudah lama doakan:

Ah, hari itu! Saya tidak dapat menggambarkannya … saya hanya dapat berkata bahwa Allah menyatakan diri-Nya kepadaku, dan saya sudah mengalami kasih-Nya sedemikian yang saya telah minta kepada-Nya untuk tetap memberkatiku.24

Hasil dari pengalaman mistis inilah yang membuat Moody “tidak tertarik akan segala sesuatu kecuali mengkhotbahkan Kristus dan bekerja mencari jiwa-jiwa”.25 Andaikan Moody menyelidiki Kitab Suci ketimbang memercayai pengalaman mistisnya sendiri, dia mungkin akan membaca bahwa berkhotbah bukanlah karya bagi orang yang “tidak berpengalaman” (1Tim. 3:6) dan para pengkhotbah “diutus” oleh gereja yang terlembaga untuk memastikan akuntabilitas dan pengawasan oleh para penatua (Rm. 10:15; Kis. 13:2). Moody selalu mengalihkan alasan apa pun supaya dia ditahbiskan. Dia ingin tetap hanya sebagai Tuan Moody. Gundry mengatakan,

Dia mungkin menyadari bahwa dia mungkin tidak dapat melewati berbagai aturan penahbisan yang ketat. Penahbisan juga akan memberikan dia sebuah identitas denomenasi yang tidak diinginkan. Kemudian, dia adalah seorang penginjil dan tidak pernah menuntut untuk menjadi lebih daripada hal itu.26

Dorsett mengakui bahwa “sebenarnya Moody adalah orang yang belum dapat menerima tanggung jawab lebih, kecuali istrinya”.27 Seperti masalah dengan semua pembicara awam. Mereka tidak bertanggung jawab kepada siapa pun dan mungkin mengkhotbahkan doktrin yang salah tanpa mendapat sangsi. Demikian juga dengan Moody.27a

 

III. Pengaruh-Pengaruh Injili Inggris atas Moody

Pertama Moody mengunjungi Inggris tahun 1867. Sebagai orang Amerika muda yang tertarik berkenalan dengan beberapa tokoh terkenal di penginjilan Inggris. Dorsett mengatakan, ”Moody selalu mengira peran seorang murid adalah berada di sekitar orang yang lebih mengenal mengenai Allah dan pelayanan ketimbang dia”.28 Gundry mencatat bahwa di seluruh karirnya, Moody selalu membawa suatu catatan waktu ia menuliskan ide-ide barunya yang dia pelajari dari orang-orang yang unggulnya secara teologis dan sering dia ”mendesak orang lain dengan informasi itu” untuk memperbaiki apa yang kenali sebagai kelemahan alami.29 Hal yang memalukan ini bisa dimaklumi, tetapi karena Moody hanya tahu sedikit theologi, dia belum ”cakap mengajar” (1Tim. 3:2). Pada dasarnya Moody juga belum dapat disebut sebagai seorang pengkhotbah kebangunan rohani yang ”tidak terpelajar tetapi seorang pendesak supaya hidup baru”.30 Tidak ada aturan-aturan yang istimewa bagi jabatan yang tidak alkitabiah dari seorang ”pengkhotbah kebangunan rohani”. Seorang pengkhotbah, entah dia aktif berkhotbah selama peristiwa ”kebangunan” itu atau tidak, dipanggil untuk mengkhotbahkan Kitab Suci dan ”baik atau tidak baik waktunya, menyatakan apa yang salah, menegor dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran (atau doktrin)” (2Tim. 4:2). Karena Moody adalah seorang yang tidak terpelajar secara theologis, dia tidak dapat disebut berkhotbah.

Tokoh yang memengaruhi Moody ketika dia ada di Inggris ada dari berbagai latar belakang theologi. Moody berhasrat secara khusus bertemu dengan George Müller (1805-1898) dan Charles H. Spurgeon (1834-1892). Müller adalah orang yang terkenal karena panti asuhannya di Bristol di mana dia memelihara anak jalanan, sebuah panti yang dia usahakan sepenuh iman. Müller tidak pernah meminta uang kepada siapa pun. Dia hanya berdoa bahwa Allah akan menyediakan dan penampungannya berkembang pesat. Dari Müller, Moody mengais informasi mengenai metode-metode pemelajaran Alkitab yang efektif: dia menasihati anak muda di Amerika untuk membaca Alkitab keseluruhan secara sistematis ketimbang “mencomot ayat-demi-ayat”. Selanjutnya, Müller memperkenalkan Moody kepada Persaudaraan Plymouth, sekte yang didirikan oleh John Nelson Darby (1800-1882), di mana Müller adalah salah satu anggotanya. Persaudaraan itu menolak jabatan-jabatan khusus dalam gereja, menekankan pertobatan yang tiba-tiba dan memegang teguh paham premilenium yang keras. Moody mulanya tertarik kepada kelompok Persaudaraan ini karena komitmen mereka kepada Kitab Suci, kasih mereka bagi yang terhilang dan paham premilenium mereka. Dia segera menjadi kurang nyaman dengan kelompok ini karena keterpisahan mereka, dan benar-benar tidak sependapat dengan Darby mengenai pokok bahasan Calvinisme. Baik Findlay dan Dorsett menyebutkan bahwa Darby adalah pembela yang kokoh mengenai ajaran predestinasi dan penebusan yang telah ditentukan.31 Sedangkan Moody adalah pembela kehendak bebas. Akhirnya, keduanya bertentangan:

Suatu hari ketika melakukan pembacaan Alkitab di Selasar Farwell di Chikago, dia dan Moody berdiskusi mengenai kehendak bebas. Sesi ini diakhiri ketika Darby, yang jengkel dengan penekanan Moody yang ’siapa pun yang datang akan diselamatkan’, menutup Alkitabnya dan keluar ruangan; dan Darby tidak pernah kembali lagi.32

Tentu saja, Charles H. Spurgeon adalah “Pangeran dari Para Pengkhotbah” di dalam Metropolitan Tabernacle di kota London. Moody adalah pengagum pengkhotbah Inggris dari sejak lama dan telah membaca banyak khotbah-khotbahnya. Tempat pertam Moody aygn dikunjungi ketika dia tiba di Inggris tahun 1867 adalah Tabernakel Spurgeon. Dia mengatakan bahwa dia ”tidak dapat masuk tanpa tiket, tetapi [dia] tetap mengusahakan bagaimanapun”, sedemikian semangatnya untuk melihat pahlawannya yang nyata”.33 Spurgeon adalah seorang Calvinis. Tetapi, tidak berbenturan dengan Moody, Spurgeon adalah pendukung orang Amerika. Dia bahkan mengizinkan Moody untuk berkhotbah di Tabernakelnya. Murray memberikan penjelasan untuk perlakuan yang aneh ini:

Ada banyak hal di dalam Moody yang menarik perhatian Spurgeon … semangat yang menghibur … kasih bagi jiwa-jiwa ... kesiapan Moody untuk berada melalui tradisi yang gundul … Spurgeon telah lama mengeritik ‘kaum pembaharu’ Amerika tetapi dalam karya Moody … dia percaya terdapat sesuatu yang berbeda.34

Murray menambahkan bahwa Spurgeon “menerima Moody sebagaia bagian dalam tradisi Kalvinis”.35 Dalam hal ini, Murry mengakui, Spurgeon melakukan kesalahan, tetapi dia membela Spurgeon dengan menunjukan bahwa khotbah Moody bukanlah bersifat pengajaran (begitu juga sifat Arminianismenya sulit tampak jelas untuk diketahui) dan kaum Presbiterian yang Kalvinis di Skotlandia tampaknya mendukung Moody.36

Pengaruh yang lain Moody adalah Henry Moorehouse, seorang pengkhotbah Persaudaraan yang muda di mana dia bertemu tahun 1867. Moorehouse tiba secara tidak terduga di Chicago dan Moody tertarik untuk memperbolehkan dia untuk berkhotbah. Dia mengesankan Moody dengan penekanannya kepada kasih Allah bagi orang berdosa yang binasa sebagai berita utama dari Kitab Suci. Dia juga memperkenalkan Moody kepada metode tematik dari pemelajaran Alkitab – metode yang terdiri dari penelusuran suatu firman atau konsep melalui Kitab Suci seluruhnya untuk mengembangkan maknanya – di mana Moody mengadopsi hal itu sebagai miliknya. Sebelum pertemuan dengan Moorehouse, Moody telah memusatkan khotbahnya pada kemurkaan Allah melawan orang berdosa dan telah permohonan kepada orang berdosa untuk bertobat demi keluar dari kengerian penghakiman. Moorehouse, yang menyampaikan tujuh khotbah berturut-turut mengenai Yoh. 3:16, telah memberikan dampak yang mendalam pada berita dan metode Moody. Moody mengembangkan suatu apresiasi baru mengenai kasih dan anugerah Allah. Menurut “theologi proklamasi” baru ini, pengkhotbah “mengasihi orang-orang ke dalam Kerajaan Allah”. 37 Tentu saja, kasih Allah di mana Moody telah menemukan, bukanlah yang berdaulat, istimewa, kasih yang efektif dari Kitab Suci, tetapi sikap kedermawanan terhadap semua orang; suatu kasih yang bergantung kepada kehendak bebas dari orang berdosa yang berlaku demikian; suatu kasih yang gagal untuk menyelamatkan orang banyak dari keberatan-keberatan dari kasih itu. Sebagaimana Moody sendiri yang pernah diwartakan di Skotlandia, “Yesus mengasihi Yudas Iskariot sebagaimana Dia mengasihi Simon Petrus”.38 Pemikiran yang benar-benar mengerikan!

William Pennefather (1816-1873), seorang pelayan Anglikan di Santo Yudas, Taman Mildmay, London, mengundang Moody untuk berceramah di Konferensi tahunan Mildmay bulan Juli 1872, konferensi ini dimulai tahun 1850-an, yang merupakan pendahulu dari gerakan Keswick. Partisipasi dari acara ini memampukan Moody untuk bertemu ratusan kaum injili dari penjuru Inggris39 Pennefather dan konferensi Mildmay menekankan kesucian, misi-misi dan kembalinya Kristus secara imanen. Pennefather khususnya juga menekankan pekerjaan Roh Kudus. Lalu Moody memuji rohaniwan Anglikan, “suasana orang yang sepenuhnya bernafaskan kekudusan”.40 Pennefather yang meyakinkan Moody untuk kembali ke Inggris tahun 1873 untuk mengadakan kampanye injili besar. Meskipun Moody begitu menghargai beberapa orang di gerakan ini, dia tidak pernah setuju dengan ajaran mereka yang berpaham perfeksionis. Gundry menulis,

Hanya ketika gerakan Keswick menolak konsep pembersihan dosa batiniah dan mencampurkan suatu penekanan mengenai kuasa Roh Kudus yang memimpin keluar dari dosa di mana Moody mulai benar-benar merasa nyaman dengan ajaran Keswick.41

Moody juga mawas dengan kelemahannya sendiri yang pernah menuntut untuk mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa.

 

IV. Permulaan dari Kampanye Inggris Moody

Kampanye injili besa yang pertama di Inggris mulai dengan kurang baik. Gundry menggambarkan adegan itu:

Moody dan Sankey tiba di Inggris pada musim panas tahun 1873 yang mengetahui bahwa dua pendukung yang berjanji akan membiayai mereka, telah meninggal. Tetapi Moody juga hampir melupakan undangan dari direktur YMCA di kota York untuk mengadakan pertemuan injili di sana. Tanpa persiapan sebelumnya, Moody menghubungi direktur ini melalui telegraf, menyatakan bahwa dia telah tiba dan siap untuk mengadakan pertemuan.42

Pertemuaan Moody di Inggris mulai dengan hanya sedikit orang, di mana sebelumnya dia berbicara kepada ribuan orang. Laporan-laporan kebangunan rohani mulai tersebar di seluruh orang injili di Inggris. Segera, berkat promosi yang cermat dari para pendukung Moody, hal itu memungkinkan untuk menghadiri pertemuan Moody hanya dengan menggunakan tiket. Banyak orang yang berpaling ke pintu, begitu khotbah penginjilan Tuan Moody terdengar. Pdt. J. Goodspeed menyediakan catatan yang lengkap dari ”karir yang menakjubkan dari Moody dan Sankey” di mana dia menggambarkan tur keliling mereka di Inggris dan Irlandia.43 Kita akan menyelidiki nanti betapa ’menakjubkan’ hasil dari ’kebangunan’ tersebut.

 

V. Metode-Metode Moody

Suatu aspek yang paling penting dari fenomena Moody adalah persahabatannya dengan Ira D. Sankey (1840-1908). Findlay menggambarkan dia sebagai “kaum borjuis kecil Amerika yang khas, tidak berambisi, dan tidak begitu menawan, bergaya hidup sederhana, hidup yang tidak bergairah”, tetapi melalui persekutuan Mood di konvensi YMCA tahun 1870, Sankey dilambungkan menjadi terkenal di mana dia sendiri mungkin tidak pernah membayangkan. Moody mendengar Sankey menyanyi dan memuji dia di depan hadirin begitu saja bahwa dia telah begitu lama mencari seorang penyanyi untuk kampanyenya dan Sankey adalah orang itu, walaupun Sankey agak memprotes.44 Setelah merenungkan beberapa kali, Sankey setuju untuk menemani Moody ke Inggris tahun 1873. Moody pandai. Walaupun dia adalah ”orang yang benar-benar tidak mengetahui nada, dia mengenali nilai psikologis dari menyanyi di dalam kegiatan agamawi”.45 Moody sendiri mengungkapkan hal itu dengan cara demikian, “orang yang mendengar Sankey menyanyi dan saya menangkap mereka dengan jaring Injil”46 Menggunakan lagu dalam kebangunan-kebangunan rohani bukanlah Moody and Sankey:

Apa pun kualitas dan luasnya dari kesuksesannya sebagai penemu musikal dan sebagai penginjil, Sankey mengatur suatu teladan spektakuler bagi orang-orang yang mengikuti dia. Setiap pengkhotbah kebangunan yang professional dari masa Moody merasa membutuhkan hal itu untuk memiliki seorang rekan yang dapat menyanyikan Injil.47

Tujuan lagu-lagu Sankey, demikian juga semua karya Moody, adalah untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Sekalipun lirik lagu-lagu tersebut tidak berisi ajaran tetapi bersifat memaksa. Berbagai penulis telah menggambarkan lagu-lagu ini:

Lagu-lagu ini disebut undangan himne dan secara khusus ditulis untuk tujuan mendesak orang keluar dari tempat duduknya dan masuk ke ruang permohonan. Mereka akan dituduh sebagai orang berdosa, diseret-seret terus-menerus dengan dihipnotis dengan kata-kata ”marilah”, ”percaya”, ”sekarang” selagi orang itu bergumul dengan nuraninya.48
Nyanyian solo Tuan Sankey sangat efektif, tidak hanya menyentuh afeksi hati tetapi dalam kedalaman kesan yang dibuat oleh Firman. Sang solois membuat efek yang sangat khidmat, yang mengikuti penyampaian Moody yang dalam keputusasaan teriakan dari neraka ’sudah terlambat’. Tangisan ’Ayo! Biarkan kami masuk; Ayo! Biarkan kami masuk’, dan jawaban yang mengerikan. ‘sudah terlambat, sudah terlambat, kamu tidak dapat masuk sekarang’, sungguh cukup untuk membelokkan jiwa terdalam dari orang berdosa yang bimbang dan resah.49

Lagu-lagu Sankey menjadi begitu populer di mana himne, Sacred Songs and Solos, menjadi yang terlaris.50 Kita keberatan dengan manipulasi semacam ini. Tuhan tidak menetapkan himne-himne menjadi sarana-sarana di mana umat Allah dibangun dan orang pilihan dikumpulkan. Injil itulah yang menjadi kekuatan Allah kepada keselamatan (Rm. 1:16) dan Injil tidak membutuhkan manipulasi akan emosi orang melalui musik untuk mencapai efek yang dikehendaki tiu. Moody dan Sankey tidak memercayai bahwa Roh Kudus berdaulat dalam menerpakan keselamatan, maka mereka harus bergantung untuk memanipulasi kaum berdosa untuk mendapatkan mereka yang dipilih bagi Kristus. Tetapi Kitab Suci mengajarkan bahwa kaum berdosa pada hakikatnya ”Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya, yang tidak mendengarkan suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai” (Maz. 58:5-6), bahkan juga mantra dari Ira D. Sankey.

Moody merupakan pengelola dan promotor yang sangat baik. Ceramahnya begitu mengajak banyak orang untuk memenuhi bangku-bangku yang kosong dalam gedung besar yang dia sewa. Artinya bahwa dia memilih tempat yang mewah di kota yang dipilihnya pada kunjungannya itu. Dia hanya pergi ke suatu kota di mana dia dapat persetujuan dukungan dari gereja-gereja injili lokal.

Dia mendesak dan menerima komitmen dari pendeta injili lokal untuk bersumbangsih di dalam pertemuan-pertemuan (dibaca seperti: KKR) dan mengajak para jemaat untuk hadir. Orang-orang yang ingin tahu akan ikut bergabung di dalam rasa gembirang. Berita sekuler, yang melihat kisah baik, dari antara yang pengikut dan yang memimpin. Hal ini menolong mengubah kisah Moody dari pameran agamawi pinggiran ke satu tontontan besar.51

Jika dia tidak dapat membuat gereja-gereja setempat untuk mendukung dia, dia akan mengurungkan undangan itu, maka tentulah kota itu ada dalam masalah tidak berbagian dalam “berkat-berkat kebangunan itu”. Artinya bahwa dalam kebanyakan kota di mana dia mengadakan suatu kampanye, ”Moody dan Sankey dihadiri oleh sejumlah besar pelayan-pelayan di atas dasar semua denominasi.52 Di mana pun Moody pergi, dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang “pengkhotbah awam yang tidak mempersoalkan perbedaan ajaran (doktrinal)” dan dia menghindari dengan keengganan untuk mengalihkan perdebatan theologis.53 Hal ini membuat dia boleh diterima semua Kristen injili dan melayani supaya menambah jumlah orang yang hadir dalam pertemuan-pertemuannya.

Moody tidak hanya mendapat dukungan dari berbagai kalangan injili, dia juga merujuk kepada kaum liberal. Dalam tahun-tahun kemudian, dia mengundang ”rohaniwan liberal sebagai pembicara di konferensi musim panasnya”.54 Seorang seperti Henry Drummond (1851-1897), seorang theolog, yang dalam bukunya Ascent of Man, mendukung paham evolusi. Meskipun mendapat perlawanan dari teman-teman yang lebih konservatifnya, Moody tetap memperbolehkan Drummond dan yang lainnya berceramah di mimbar.55 Mengenai Drummond, Murray menuliskan,

Drummond tampak telah meninggalkan semua doktrin utama mengenai iman, namun demikian hingga kematiannya yang masih muda, umur 45, Moody mengatakan mengenainya, sebagai “orang yang paling menyerupai Kristus yang pernah saya temukan.’56

Gundry membela Moody dengan mengakui bahwa Moody mengundang kaum liberal karena “ketidaktahuannya” dan “menyesali undangannya setelah dia mengenal lebih baik”, tetapi persahabatan Moody dengan Drummond, dia menulis bahwa dia tetap ”setia” kepada temannya itu, hanya ”menyesali theologi temannya itu”, sekalipun Moody mengira bahwa Drummond adalah ”Kekristenan sejati”.57 Hanya karena seorang meninggalkan doktrin alkitabiah, dapatkah hal itu dikatakan sikap ”Kekristenan sejati” atau ”menyerupai Kristus” di mata seorang modernis. Kitab Suci menanyakan pertanyaan yang sehubungan, ”Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN?” (2Taw. 19:2). Moody seharusnya menghindari Drummond dan penolak-penolak Kitab Suci. Kristus memperingatkan terhadap jalan yang luas yang menuju kepada kehancuran (Mat. 7:13). Bahkan D. W. Whittle, seorang rekan Moody yang terdekat, mengatakan bahwa pembaharu rohani yang berpikiran luas ”mungkin ada dalam bahaya yang mengorbankan prinsip dan semakin membesarkan hal-hal itu akan memiliki dampak yang pasti".57a

Sikap Moody terhadap Roma Katolik juga sikap murah hati yang salah. Di satu sisi, dia berkhotbah menentang transubstansiasi di kota Baltimore dan pengakuan dan pengampuan keimaman di kota Dublin;58 di sisi lain, dia mendukung kerja sama dengan kaum Katolik Roma dalam penginjilan dunia:

’Saya harap’, dia menuturkan ’demi melihat hari di mana semua perseteruan, pengelompokan, dan hati yang sempit akan berhenti, dan Katolik Roma akan melihat mata dengan mata dengan kaum Protestan dalam pekerjaan ini. Marilah kita maju dalam kelompok yang kokoh – kaum Katolik Roma, kaum Protestan, kaum Episkopal, kaum Presbiterian, kaum Metodis – melawan angkatan dari utusan-utusan Iblis”.59

Gereja sejati tidak melawan Iblis dengan mereka sendiri yang merupakan musuh-musuh Allah. (2Taw. 19:2). Atau pun gereja sejati tidak akan menolong gereja yang salah untuk menyebarkan kesalahan-kesalahan. Namun, Moody “memberikan banyak dukungan” untuk mendirikan gereja Katolik Roma di tanah kelahirannya60 dan pada satu kesempatan yang lain meminta uskup Katolik Roma dari Chicago untuk mendoakan dia!61

J. C. Pollock menyatakan,

[Moody's] dengan rela bekerja sama [dengan Katolik Roma] bahkan lebih dari yang dibayangkan teman-temannya, yang terkejut bahwa dia mendukung pembangunan gereja St. Patrick dari Roma Katolik untuk koloni Irlandia di Northfield, dan menggetarkan ketika dia menerima undangan dari seorang teman yang beralih keyakinan ke Katolik untuk menemui uskup kepala Corrigan di New York, yakni orang yang mengatakan ingin menemui penggerak Kristus untuk kota New York dan bukankah hal ini baik sekali jika semua gereja berayun kepada usaha serentak ... Uskup kepala memiliki kuasa untuk melakukannya bagi gereja-gereja Katolik Roma, dan gereja-gereja lain akan mengikuti pimpinannya.’61a

Kaum fundamentalis yang memuji Moody seharusnya membaca ulang paragraf terakhir ini!

Sasaran pemberitaan Moody adalah mengeluarkan orang-orang dari tempat duduk mereka dan masuk ke dalam ”Ruang Permohonan”. Di sana pekerjaan nyata akan penyelamatan jiwa-jiwa dikerjakan. Khotbah kaum berdosa yang “membangkitkan”, tetapi pekerjaan pribadi di Ruang Permohonan adalah tempat di mana orang-orang membuat keputusan bagi Kristus. McLoughlin menggambarkan teknik-teknik yang digunakan Moody dan pekerjanya:

[Moody membuat “eksposisi singkat yang dipaksakan” dari suatu ayat] menanyakan semua orang yang ingin menemukan Allah ‘untuk segera berlutut hingga persoalan ditangani’. Semua pemohon berlutut. Moody menanyakan mereka untuk mengulangi kata-katanya… jika dia tidak mendapati jawaban yang keluar dari hati, dia akan membuat mereka untuk mengulangi kata-katanya lagi…pembicaraan Moody dengan para pemohon lebih seperti argumen-argumen ad hominem, semacam intimidasi rohani… semua pertanyaan doktrin ditiadakan karena tidak relevan di ruang permohonan… kasus-kasus [percakapan dramatis] jarang bahkan di dalam banyak pengalaman [Moody]. Karena sebagian besar bagian yang terjadi di ruang permohonan adalah membuat orang saleh menjadi lebih saleh.62

 

VI. Theology Moody

Sungguh menakjubkan bahwa Moody mendapatkan pengikut yang besar sekalipun dia bukanlah pengkhotbah yang baik. Baik di dalam isi dan penyampaian khotbahnya buruk. Dia berkhotbah sekehendak hati. Sulit untuk mengelompokan Moody sebagai Arminian yang konsisten, karena dia tidak memiliki theologi sistematik, tetapi tema utama dari khotabahnya adalah keselamatan yang bebas di dalam Yesus Kristus kepada siapa pun yang akan menerima keselamatan itu. Gundry enggan untuk menggambarkan Moody sebagai seorang Arminian. Dia mengakui bahaa penginjil tersebut memiliki kecenderungan di arah Arminian, tetapi dia juga berpendapat terkadang cenderung Kalvinistik. Gundry menunjukkan kenyataannya bahwa Moody percaya di dalam pemilihan:

‘saya memang percaya dalam pemilihan’ [dia berkata]; ‘tetapi saya tidak memiliki urusan untuk mengkhotbahkan tentang ajaran itu ke khalayak ramai … setelah engkau menerima keselamatan kita dapat membicarakan mengenai pemilihan, itu adalah ajaran bagi kaum Kristiani, Gereja, namun bukan bagi dunia yang masih belum dipertobatkan’ … Moody membandingkan masalah ini pada suatu pertanda di luar Tremont Temple, mengundang siapa pun yang akan masuk; tetapi sekali masuk, ‘ saya mencari dan mencermati di atas dinding, ‘D. L. Moody dipilih dari fondasi-fondasi dunia ini untuk diselamatkan’ … ‘hal itulah ajaran yang paling manis kepada anak Allah dan sangat berharga, tetapi bukan bagi seorang yang belum percaya.’63

Kita telah mengetahui bahwa Moody begitu tidak sepakat dengan Darby mengenai pemilihan dan mengenai predestinasi dihapuskan dari Artikel-Artikel Iman dari gerejanya di Chicago. Selanjutnya, hanya karena Moody membuat suatu rujukan pemilihan, hal itu tidak berarti dia menganut pemilihan yang tidak bersyarat. Arminius itu sendiri percaya dalam pemilihan. Apa yang dia berkeberatan adalah pemilihan yang berdaulat, istimewa, dan tidak bersyarat. Kutipan tersebut dari Gundry tidak memberikan indikasi bahwa Moody memercayai hal itu. Kemudian, semua pengkhotbah harus mengikuti teladan Kristus dan teladan para rasul-Nya yang mengkhotbahkan pemilihan kepada orang-orang yang belum dipertobatkan (lih. Yes. 6:37, 44; 10:6; dll).63a

Tidak dapat diragukan bahwa Moody mengajarkan anugerah yang terbatas dan berlaku sedunia, yang adalah inti paham Arminian. Gundry mengakui hal ini:

Perilakunya yang paling konsisten dari ceramahnya mendorong bahwa sekalipun keruntuhan manusia dalam Kejathan, manusia mampu untuk menerima pengobatan oleh usahanya ... Allah ingin setiap orang diselamatkan, dan Moody berusaha dalam seluruh khotbahnya untuk membuktikan hal ini … dia berbicara dalam prilaku ini, mengacu kepada kekuatan kehendak, suatu kekuatan di mana setiap orang memilikinya … dia berkata bahwa pintu keselamatan bergantung pada engselnya, kehendak, dan penyerahan dari kehendak yang bertitik balik di dalam peralihan pertobatan … dia mendesak bahwa Allah tidak memerintahkan apa yang manusia tidak dapat lakukan.64

Banyak kesaksian akan hal ini berasal dari penulis biografi lainnya:

Dia juga menunjukan Kristus dan mengundang semua orang untuk bangkit merasakan bahwa mereka mampu dan kemudian menerima Yesus … dia menunjukan [Kristus] hanya sejauh satu langkah atas pembatas hati di mana dia mencari penerimaan.65
[Moody berkata], ‘Tuhan berjalan di lorong gereja sekarang dan memohon’ ... [Moody memberitakan], bahwa Allah masih bermaksud merayu secara ajaib sejak Kejatuhan.66
Orang berdosa seperti seorang ‘pengemis miskin’ yang dengan gilanya berlari menyeberangi Jembatan London dengan Pangeran Wales yang dengan hangat menghampiri sekantong emas dan berteriak. ”Oh kasihannya, ini ada sekantong emas”.67

Lalu Moody menunjukan kepada dunia, seorang Yesus Kristus yang merayu orang berdosa, yang memohon kepada orang berdosa, yang dengan tulusnya menghasratkan keselamatan bagi semua orang, yang mengasihi semua orang dan yang mati bagi semua orang. Hal ini bukanlah Penebus yang Berdaulat dari Kitab Suci, tetapi seorang penipu yang malang.

Bagian lain yang berhubungan dari theologi penginjil Amerika ini adalah paham premilenium. Para pengkhotbah kebangunan yang mula-mula seperti Jonathan Edwards dan Charles Finney berpaham postmilenium.68 Mereka mempercayai bahwa kebangunan adalah suatu cara di mana Allah akan menyadarkan “Zaman Keemasan” di bumi sebelum kembalinya Kristus. Moody tidak menyetujuinya, sebagian besar di bawah pengaruh dari gerakan Persaudaraan (Brethren). Tentu saja, Moody tidak memiliki suatu sistem nyata dari eskatologi (kajian mengenai akhir zaman – terj.). Dia mengungkapkan pandangan-pandangannya dalam istilah yang sederhana, dan kepercayaannya di dalam kembalinya Kristus secara imanan memberikan desakan bagi penginjilannya:

Saya telah merasakan seperti berkerja tiga kali lipat lebih berat sejak saya mulai memahami bahwa Tuhanku waktu itu akan datang kembali. Saya melihat dunia sebagai bejana yang retak. Allah telah memberikan saya perahu penyelamat dan berkata kepadaku, ’Moody, selamatkan sebanyak yang kamu dapat.’69

Moody tetap sebagai premilenial di sepanjang hidupnya dan bahkan menetapkan orang dispensasionlis yang terkenal buruknya dalam mengutip ”ayat Alkitab” , C. I. Scofield (1843-1921), untuk menjadi pendeta di gerejanya di Northfield. Scofield adalah pendeta di sana dari tahun 1895 hingga 1902.70 Bagaimanapun, hal itu perlu diperhatikan bahwa Moody tidak pernah membuat eskatologi sebagai masalah yang dipertentangkan di antara rekan orang Kristen. Dia memiliki suatu roh ekumenikal yang luas (terlalu luas) dan muak atas pertarungan antar denominasi ketika hal itu menghalangi cita-citanya untuk mencapai orang terhilang dengan injil.

Gundry menyimpulkan theologi Moody dengan “Tiga R”: Ruined by the Fall (Kejatuhan oleh dosa), Redeemed by the Blood (Ditebus oleh Darah Tuhan). Dan Regenerated by the Spirit (Dilahirbarukan oleh Roh Kudus). Tidak seperti Finney dan kaum theolog liberal pada masanya, Moody mengenali bahwa manusia tidaklah baik secara natural/kodratnya. Dia memang memegang doktrin tentang depravitas (kerusakan total) manusia. Tetapi kita telah melihat bahwa depravitas yang diajarkan bukanlah demikian. Moody mempercayai pendamaian yang bersifat menggantikan. Juga tidak seperti Charles Finney, dia tidak mengajarkan teori moral dan pemerintahan. Gundry menunjukan bahwa Findlay telah keliru ketika dia menegaskan bahwa Moody mengajar Teori Moral. Findlay percaya bahwa penekanan Moody atas kasih dan penderitaan Allah ditunjukkan di salib Kristus sebagai bukti penegasan ini, tetapi kesimpulan semacam itu, tidaklah meyakinkan, ujar Gundry.71

Tentu saja, Moody seperti semua pembela dari pendamaian universal yang tidak konsisten. Pendamaian tersebut merupakan satu-satunya penggantian yang sejati jika semua orang yang digantikan itu benar-benar diselamatan.

Moody tidak pernah menyelenggarakan suatu kampanye injili tanpa mengkhotbahkan mengenai kelahiran baru. Gundry menuliskan bahwa dia ”mengkhotbahkan ceramah ’New Birth’ sebanyak 184 kali antara 23 Oktober 1881 dan 2 November 1899.”72 Tetapi Moody tidak memahami kelahiran baru. Dia memahami bahwa natur manusia berdosa, bahwa manusia tidak dapat diselamatkan oleh perkembangan moral atau oleh pendidikan, dan bahwa orang berdosa membutuhkan natur yang baru untuk masuk ke dalam Sorga, tetapi dia tidak dapat memahmi agen yang berdaulat dari Roh di dalam kelahiran baru. Dia mengajarkan bahwa Roh Kudus melahirbarukan tetapi kehendak bebas orang berdosa juga berperan. Gundry mencoba melukiskan Moody dengan warna yang lebih Calvinistik di sini:

Moody menegaskan kondisi orang berdosa dan aktifitas satu-satunya Allah di dalam nada kelahirbaruan yang benar-benar bersifat Calvinistik. Kenyataannya dia membela perlunya kelahiran baru dengan tantangan, ”Bukankah Allah Sorgawi benar untuk mengatakan betapa seorang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, dan siapakah yang akan masuk?” suatu kalimat yang bernada dari kaum yang bukan pedukung Arminius! Dengan penegasan ini pada kebutuhan manusia dan peran dan agens (pelaku/penyebab) yang berdaulat dan satu-satunya di dalam kelahirbaruan, kesimpulan Moody dalam khotbahnya.73

Tidak ada suatu apa pun di dalam pernyataan Moody mengenai “agens yang berdaulat dan satu-satunya” dari Allah! Tidak ada pernyataan ini yang kaum pembela Arminius berkeberatan. Kaum Arminian hanya akan berkata, ”Ya, Allah berkata bahwa manusia harus datang dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan lalu Allah memberikan manusia Hidup Baru”. Hal ini jauh dari ”angin bertiup ke mana ia mau” (Yoh. 3:8); ”orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yoh. 1:13) atau ”dari kehendak [Allah] sendiri memperanakan kita” (Yak. 1:18).

 

VII. Khotbah Moody

Ketika kita memeriksa bahan ceramah Moody dan menyampaikan keheranan kita bertambah bahwa dia pernah dianggap sebagai penginjil yang besar semacam itu. Moody tidak memiliki baik kemampuan alami atau pun pelatihan yang menghasilkan khotbah-khotbah logis yang didasarkan pada eksegesis yang benar. Penginjil tersebut adalah orang yang mampu menceritakan kisah-kisah dan membuat catatan-catatan alkitab menjadi hidup. Dia juga memiliki kuasa yang meyakinkan dan mampu ”memasarkan” injil secara efektif sebagaimana dia dapat menjual sepatu. Bagaimanapun, khotbah-khotbahnya ”begitu kacau”, ”tidak berhubungan, rancu dan terdapat pengulangan” kurang di dalam ”pemikiran dan struktur logis”.74 Ide-ide itu ”campur aduk dengan ilustrasi dan ayat-ayat alkitab, sema pengulangan dari ide yang sederhana berulang-ulang”.75 “Kekuatannya adalah semangatnya, kesederhanaan sekolah Minggu, dan cerita anekdot yang begitu banyak”.76 Khotbahnya adalah “ pembahasan pragmatis yang dibuat khususnya untuk memengaruhi pertobatan ... bagitu kurang dalam eksegesis yang cermat dan sering tidak konsisten secara theologis".77 Pembuatan metode khotbahnya terasa kurang lazim:

Kenyataannya, khotbahnya tidak pernah dibuat, khotbah-khotbah itu selalu tetap dalam proses pembuatan. Misalnya persoalan Paulus: dia mengambil amplop besar, mempu untuk memegang beberapa ratus carikan kertas, berlebel ”Paulus’, dan lambat laun menyimpannya dengan catatan aslinya, memotong dari kertas-kertas, menyarikan dari buku-buku ... dia menyeleksi beberapa dari poin-poin yang paling terkesan, mengatur pion-poin itu dan akhirnya, membuat sedikit catatan buru-buru dengan huruf besar, dan poin-poin inilah yang dia bawa ke mimbar.78

Seorang pemujanya menuliskan,

Tidaklah penting baginya untuk memperdulikan kerja keras yang melelahkan dalam menpersiapkan wacana-wacana yang baru karena dia memiliki para pendengar setiap waktu yang kepada mereka itu ungkapan-ungkapan yang sudah lama itu terasa masih segar seperti bunga mawar yang baru berbunga.79

Penyampaian Moody dicirikan oleh pengucapan yang miskin, salah penyebutan, artikulasi yang miskin, dan tata bahasa yang salah; bahkan dia berkata-kata terlalu cepat. Beberapa orang bersaksi hal ini:

[terdapat sebuah] benturan-benturan antara kata-kata pada tempat yang yang tepat di dalam kalimat-kalimat yang singkat, kata-kata itu menjadi terpecah dan terpisah. Huruf terakhir yang hilang, silabel (pemenggalan suku kata – terj.) tengah yang dikurangi dan silabel luar yang bercampur baur.80
Gerak-geriknya, dan juga segala ucapannya, tertahan pada mulanya, namun berjalannya waktu dia mulai terbiasa dengan pokok bahasannya – dan biasanya tidak lebih dari lima menit – dia mulai berapi-api, terkadang kasar, berbicara dengan kecepatan rata-rata 230 kata per menit ... seperti kepada wartawan yang buru-buru mencatat steno.81
Pelafalannya kacau dan pengkalimatannya cakap. C. H. Spurgeon pernah berkata bahwa Moody adalah “satu-satunya orang yang dapat berkata ‘Mesopotamia’ hanya dalam 2 silabel. 82

 

VIII. Perlawanan Moody

Tidak setiap orang menerima penginjil Amerika ini. Seorang yang menganggap Moody sebagai ancaman yang menakutkan kepada kesejahterahan gereja di masa mendatang adalah John Kennedy dari Dingwall (1819-1884), hamba Tuhan Presbiterian di Dataran Tinggi Skotlandia. Di tahun 1874, Kennedy menulis sebuah pamflet yang berjudul Hyper-evangelism: ‘Another Gospel’ Though a Mighty Power, di mana dia mengkritik seluruh kampanye Moody-Sankey. Kennedy berkeberatan baik pada metode dan pesan dari pengunjung-pengunjung Amerika tersebut. Dia mengeluh penggunaan himne, ruang permohonan, dan dia menyerang paham Arminian dari Moody. Dia mengeluh bahwa berita Moody adalah pura-pura. Benar-benar memamerkan kekudusan dan keagungan Allah, dengan suatu pujian sejati dari kondisi manusia yang benar-benar bobrok dan tanpa ada pertunjukan dari karya Kristus yang sesungguhnya. Murry menuliskan,

Kennedy menyatakan bahwa kecerobohan dari persetujuan massa dalam kampanye injili tersebut hanya merupakan kemungkinan di mana ajaran alkitabiah yang sepenuhnya atas kebobrokan atau kelahirbaruan ini dijauhkan dari pandangan.83

Karenanya Kennedy tidak dapat bergabung dengan mayoritas di dalam semangat dari gerakan Moody. Dia menggambarkan dirinya sebagai ”seorang peratap dan terasing”.84 Horatius Bonar (1808-1889) menanggapi Kennedy tahun 1875, dalam The Old Gospel, Not ‘Another Gospel’ But The Power of God Unto Salvation. Bonar dengan tajam mengkritisi Kennedy dan menanggapi hal ini sebagai suatu penghinaan pribadi kepada dirinya dan banyak rekan-rekannya bahwa Kennedy berani untuk menyerang Moody. Hal ini tidak dapat dihindari karena Bonar dan banyak pelayan Skotlandia yang secara aktif mendukung Moody untuk menjawab permasalahan di gereja Skotlandia. Maka dia berusaha mengalihkan tuduhan-tuduhan tersebut.

Bonar, yang tentu sensitif dengan tusukan argumen-argumen Kennedy, tidaklah menghadapinya dengan persoalan-persoalan doktrinal dan praktis seperti yang dimaksud oleh Kennedy, melainkan lebih mengarah kepada perbedaan-perbedaan personal dan kebudayaan antara Skotlandia utara dan selatan, yakni untuk membalas ketidaksepahaman Bonar terhadap Kennedy mengenai Moody dan mereka yang mendukung Moody.85

Bonar memaksa bahwa Kennedy mengkritik dari perangainya saja. Dia menduga bahwa keberatan-keberatan Kennedy didasarkan kepada bukti yang didengarnya. Dia berpraduga Kennedy sebagai hiper-Calvinisme dan bahkan memiliki sifat yang jahat, menggambarkan dia sebagai ”seorang penuduh seperti Haman dan lebih tidak adil lagi seperti [John Henry] Newman”.86 Kennedy menanggapi tuduhan ini tahun 1875:

Di dalam mengemukakan suatu perkiraan dari ajaran yang telah begitu efektif terhadap gerakan itu, saya memiliki bahan-bahan yang cukup di tangan. Saya mendengar pengkhotabah [Moody] berulang-ulang, dan saya meneliti dengan cermat contoh-contoh yang diterbitkan dari pidato-pidatonya ... saya lebih dari cukup untuk mampu melihat pada kedalamannya.87

Kennedy mengakui bahwa terkadang pemberitaan Moody terdengar ortodoks tetapi dia bersikeras bahwa efek keseluruhannya begitu mematikan:

Terkadang, suatu pidato dipedengarkan, di mana kebutuhan kelahiran baru itu begitu kuat didesak, namun hal ini tentunya diikuti oleh beberapa pernyataan yang menumpulkan efek kelahiran baru tadi ... retakan dalam bungkusan tersebut memperlihatkan isi dari suatu paket.88

Bonar, secara heran, mengaku bahwa khotbah Moody sesuai dengan ajaran ortodoks Skotlandia:

Ajaran dari Westminster Confession dan Shorter Catechism, dan saya jarang mendengar ajaran mengenai tujuan pemilihan ilahi yang lebih jujur dan terbuka dibandingkan yang disampaikan oleh Tuan Moody.89

Dorsett menggambarkan pamflet Kennedy sebagai ‘carikan yang beracun’ dan menolak Kennedy sebagai seorang dari penganut ”paham predestinasi yang militan ... yang ditentukan untuk mengusir Moody dari tanah [Skotlandia]”.90 Bagaimanapun, ”carikan kertas” tersebut dituliskan secara baik, diargumenkan dengan baik dan begitu serius. Hal itu bukan ditulis dari sikap yang jahat tetapi keluar dari kasih akan kebenaran. Kennedy bukanlah orang yang egois. Dia mengasihi dan menghormati Dr. Bonar.91 Sejarah telah membenarkan Kennedy di dalam penaksirannya akan gerakan ini. Dia mengetahui bahwa sejak metode-metode tersebut diterapkan oleh Moody dan Sankey bukanlah alkitabiah, dia tidak ”diizinkan untuk mendapati suatu hasil yang baik”.92

 

IX. Efek dari Paham Moody

Ketika penginjil Amerika ini datang ke Skotlandia, gereja-gereja pada masa penurunan. Moody tiba tahun 1873 antara Perselisihan dari tahun 1843, di mana Thomas Chalmers dan 475 pelayan yang lain telah hengkang dari Gereja Skotlandia, lalu mereka membentuk Free Kirk (Gereja Bebas) di Skotlandia tahun 1893, di mana disebabkan oleh Peraturan yang Termaktub (Declaratory Act), suatu pelemahan dari posisi dari Gereja kaum Skotlandia yang berkredo. Bagaimanapun, kampanye kaum Skotlandia hanya 20 tahun sebelum perpecahan itu terjadi. Baik Kennedy maupun Bonar mengalami perpecahan di dalam Free Kerk tersebut. Kemudian, pada saat kedatangan Moody, Free Kerk menghadapi perdebatan internal dan ketidaksepakatan mengenai adanya kemungkinan untuk bergabung dengan United Presbyterian Church (Gereja Prebiterian Bersatu). Tulis McLoughlin,

Di tengah segala tekanan dan hiruk-pikuk menyerukan perdamaian di mana tidak ada kedamaian, kegiatan pengalihan dari suatu yang mengekang kepada kebangunan rohani yang menarik adalah hal yang benar-benar meredakan ketegangan itu. Andaikan kebangunan yang hanya dapat menghindarkan percekcokan doktrinan dan kelebihan emosional, andaikan hal itu dapat menerima tuntutan dari pendapat orang banyak, andaikan hal itu menerima kerja sama dalam memenangkan jiwa-jiwa dari segala bayang-bayang kepercayaan injili, maka hal itulah penawar yang sempurna untuk memulai epilepsi dan penurunan gerejawi.93

Banyak orang di dalam Free Kirk mendukung Moody. Pdt. W. G. Blaikie (1820-1899), Profesor Apologetika dan Gerejawi dan Theologi Penggembalaan di Free Church New College adalah tuan rumah Moody ketika dia tinggal di Edinburgh. Dia percaya mengenai “pembatasan Pengakuan Iman Westminster untuk kaum fundamental, ‘kebenaran-kebenaran utama yang agung’, untuk kepentingan kesatuan dan penginjilan”.94 Pemimpin “injili konsiliator’ dari Gereja Skotlandia, Pdt. Archibald Charteris (1835-1908), Profesor Literatur Alkitab di Universitas Edinburgh juga suka untuk memangkas kredo-kredo. Dia mengeluh mengenai “beban dari saat-saat yang tidak penting [kredo-kredo itu]”95 Moody menyediakan cara bagi frasi-fraksi yang berseteru di dalam denominasi Presbitarian yang berbeda pendapat itu untuk bekerja sama dalam cita-cita yang sama demi memenangkan banyak orang yang belum bergereja dengan injil. Keberhasilan yang Besar adalah tuntutan yang dimulai bagi “kebangunan rohani” tersebut:

Ketika Moderator Free Church, orang Skotlandia mengatakan mengenai kebangunan itu secara umum dan mengenai kontribusi-kontribusi dari dua tamunya luar negeri secara khusus pada pidatonya kepada Majelis Umum dari gereja tahun 1874, delegasi-delegasi tersebut secara serentak bertepuk tangan.96

Bagaimanapun, penaksiran yang lebih cermat menyatakan suatu gambaran yang lain. McLoughlin menggambarkan tuntutan bahwa Moody menggapai massa yang belum bergereja itu sebagai “pemikiran yang didambakan”.97 Dia menambahkan, Gereja mencatatkan, “bahwa pengaruh Moody hanya sedikit dan pengaruh pertemuan kebangunannya hanya menyentuh permukaan dari orang-orang yang belum bergereja.”98 Dia memberikan satu contoh betapa Horatius Bonar salah memikirkan bahwa Moody telah mencapai petobat-petobat yang banyak di antara penghuni-penghuni kawasan kumuh di Glasgos:

Menurut Bonar, ‘600 dari Grassmarket [kawasan kumuh Edinburgh] orang-orang bangit dari Corn Exchange ke dalam Aula Perkumpulan dan bertekuk lutut menyerahkan diri mereka kepada Allah”. Tentunya Bonar menduga bahwa 600 orang adalah dari status orang miskin dan jahat, kaum pinggiran dari masyarakat Edinburgh ... 600 orang, yang dia telah lihat hanyalah pekerja Kristen, yang telah berbaris ke kawasan kumuh untuk melihat Moody yang menemui kaum miskin dan lalu pulang kembali untuk menetapkan bakti mereka kepada agama mereka.99

Banyak yang menghadiri kampanye injili Moody yang telah bertobat sebelumnya. Moody sendiri merasa tersinggung mengetahui hal tersebut. Dia membentak penontonnya:

‘Saya melihat begitu banyak orang Kristen di sini’, Moody memberi tahu pendengarnya... ’saya mengenal kamu. Begitu banyak dari kamu pernah ada di pertemuan saya ... kamu sudah bertobat. Sekarang saya ingin kamu bangkit dan pergi dan tinggalkan ruangan bagi ratusan orang-orang yang berdosa yang sedang menunggu di luar supaya mendapat kesempatan untuk mendengar Injil’. Tetapi mereka yang sedang menunggu di luar sebenarnya seperti mereka yang sedang duduk di dalam.100

Pemberian tepuk tangan itu masih terlalu dini. Setelah keceriaan itu telah mereda dan Moody serta Sankey kembali ke tempat mereka sebagai pahlawan-pahlawan penakluk, Free Church lebih mawas dengan analisanya:

Khususnya menyatakan suatu analisa detail yang dipersiapkan oleh Free Church. Menyelidiki pekerjaan orang-orang Amerika di utara, laporan para penulis mengakui bahwa ‘sedikit pengaruh yang telah dihasilkan pada orang banyak di antara mereka yang kehidupannya benar-benar bebal dan kentara jahat. Khususnya, dari banyak kota kecil dilaporkan bahwa ... massa belum tercapai, dan tidak ada perubahan yang dapat dirasakan di dalam kondisi moral mereka’. Kesimpulan yang sama juga nyata muncul pada kampanye di daratan Inggris.101

Murray menduga bahwa meskipun “Calvanisme lama merosot di Skotlandia sebelum 1873 … misi-misi Moody mempercepat perubahan dalam kondisi theologis tersebut”.102 Pendukung Moody,

Tidak menghiraukan untuk mendukung pembelaan terbuka akan kehendak bebas dan anugerah bebas. Dengan melakukan demikian, telah mungkin mengalihkan rekan-rekan yang konservatif mereka melawan kebangunan tersebut.103

McLoughlin menawarkan revivalisme secara umum yang tentunya dapat juga diterapkan kepada Moody. Kaum revivalis membawa semangat kepada komunitas setempat, tetapi pengaruh mereka ”cepat”. Dia menjelaskan,

Anggota gereja yang saleh, umumnya menghadiri pertemuan-pertemuan kebangunan (KKR) dipikat oleh penyajian revivalis yang jelas dan dramatis akan ide-ide mereka, yang telah mereka ketahui, namun mereka tidak menyadari ide-ide yang berkontradiksi dan tidak konsisten. Pendengar yang belum bergereja yang maju ke depan dan dipetobatkan pada pertemuan kebangunan itu diterima sesuai penilaiannya sendiri akan arahan yang menakjubkan dari revivalis. Namun dia segera mendapati ketika memasuki gereja bahwa theologi dari pelayan (hamba Tuhan) setempat itu dingin, kaku dan datar sebagai padaannya.104

Akibatnya pada gereja yang terlembaga bahwa “semangat sementara bagi moral jemaat gereja pada umumnya diikuti dengan apati dan merosot ketimbang bertambah semangat dan berdedikasi.”105

Karena itu hal itu seharusnya dikatakan bahwa Moody “sama sekali bukanlah orang yang tepat bagi kemakmuran masa depan akan kehidupan keagamaan di tanah Inggris”106 Sebagaimana seorang komentator menulis kepada rekannya, ”tentunya kaum injili yang terkenal telah gagal. Ribuan demi ribuan orang yang mengakui Kristus tetapi tanah Inggris telah bertumbuh makin tidak bertuhan.”107 Hal ini telah diperkirakan. Kegairahan agamawi tidak membangun gereja. Apa yang dibutuhkan pada tiap zaman adalah kesetiaan, tetapi bukan kemewahan, khotbah akan ajaran yang benar dari Kitab Suci yang diringkaskan di dalam pengakuan-pengakuan Reformed dengan penyuluhan katekisasi yang kokoh bagi kaum muda, diajarkan oleh penatua-penatua yang saleh. Moody tidak dapat membawa semacam berkat bagi gereja. Dia tidak mengetahui ajaran yang benar, dan tidak diteruji bagi penatua-penatua. Setelah Moody pergi, para pendeta setempat harus ”memungut carikan-carikan” dan bekerja lagi dengan ”petobat-petobat” bebal yang tertinggal ke belakang. Pengaruh-pengaruh Moody jangka panjang pada gereja begitu membahayakan. Paham Arminianis selalu merusak gereja, tidak perduli betapa banyak jiwa-jiwa yang diduga telah ”diselamatkan” melalui khotbah tersebut.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.


Catatan Kaki

1 Timothy George (ed.), Mr. Moody and the Evangelical Tradition (London/New York: T & T Clark, 2004), 2.
2 James R. Findlay, Jr., Dwight L. Moody: American Evangelist 1837-1899 (Chicago: The University of Chicago Press, 1969), 41.
3 Bruce J. Evensen, God’s Man For the Gilded Age: D. L. Moody and the Rise of Modern Mass Evangelism (Oxford: Oxford University Press, 2003), 3.
4 Evensen, God’s Man, 3.
5 Richard K. Curtis, They Called Him Mister Moody (Grand Rapids: Eerdmans, 1962), 58.
6 Stanley N. Gundry, Love Them In: The Life and Theology of D. L. Moody (Chicago: Moody Press, 1999), 22.
7 Curtis, They Called Him, 53.
8 Findlay, American Evangelist, 49.
9 William G. McLoughlin, Jr., Modern Revivalism: Charles Grandison Finney to Billy Graham (New York: The Ronald Press Company, 1959), 172.
10 Findlay, American Evangelist, 50.
11 Findlay, American Evangelist, 50.
12 Gundry, Love Them In, 24.
13 Findlay, American Evangelist, 74.
14 McLoughlin, Modern Revivalism, 174.
15 Findlay, American Evangelist, 77.
16 Evensen, God’s Man, 11.
17 Findlay, American Evangelist, 92.
18 McLoughlin, Modern Revivalism, 177.
19 Findlay, American Evangelist, 116.
20 McLoughlin, Modern Revivalism, 176.
21 McLoughlin, Modern Revivalism, 176.
22 Curtis, They Called Him, 112.
23 Lyle W. Dorsett, A Passion for Souls: The Life of D. L. Moody (Chicago: Moody Press, 1997), 150.
24 Dorsett, Passion, 156.
25 Dorsett, Passion, 156.
26 Gundry, Love Them In, 171.
27 Dorsett, Passion, 401.
27a dosa D. L. Moody sebagai pengkhotbah awam dikutuk di dalam Westminster Larger Catechism, A. 158: "firman Allah diberitakan hanya bagi mereka yang dikaruniakan secara memadai, dan juga disetujui secara tepat dan dipanggil kepada jabatan [gerejawi] itu (bdk. "Against Lay Preaching").
28 Dorsett, Passion, 135.
29 Gundry, Love Them In, 43.
30 Gundry, Love Them In, 65.
31 Findlay, American Evangelist, 127; Dorsett, Passion, 136-137.
32 Dorsett, Passion, 137.
33 Dorsett, Passion, 132.
34 Iain H. Murray, The Forgotten Spurgeon (London: Banner, 1966), 177.
35 Murray, Forgotten Spurgeon, 178.
36 Murray, Forgotten Spurgeon, 179.
37 Dorsett, Passion, 140.
38 John Kennedy and Horatius Bonar, Evangelism: A Reformed Debate (Scotland: The James Beggs Society, 1997), 118-119.
39 Gundry, Love Them In, 44.
40 Dorsett, Passion, 163.
41 Gundry, Love Them In, 162.
42 Gundry, Love Them In, 47.
43 E. J. Goodspeed, A Full History of the Wonderful Career of Moody and Sankey in Great Britain and America (Cincinnati, OH: Henry S. Goodspeed & Co.).
44 Findlay, American Evangelist, 123.
45 McLoughlin, Modern Revivalism, 178.
46 McLoughlin, Modern Revivalism, 233.
47 Findlay, American Evangelist, 215-216.
48 McLoughlin, Modern Revivalism, 239.
49 Goodspeed, Full History, 124.
50 George (ed.), Evangelical Tradition, 113.
51 Evensen, God’s Man, 23.
52 Goodspeed, Full History, 153 (juga 176, 183, 206).
53 Evensen, God’s Man, 34, 39.
54 Findlay, American Evangelist, 411
55 Findlay, American Evangelist, 411
56 Murray, Forgotten Spurgeon, 188.
57 Gundry, Love Them In, 206, 218.
57a Quoted in J. C. Pollock, Moody Without Sankey (Great Britain: Hodder and Stoughton, 1963), 168.
58 Gundry, Love Them In, 169.
59 Findlay, American Evangelist, 248.
60 George (ed.), Evangelical Tradition, 89.
61 Goodspeed, Full History, 17.
61a Pollock, Moody Without Sankey, 251; bdk. 45.
62 McLoughlin, Modern Revivalism, 260-262.
63 Gundry, Love Them In, 141.
63a Bdk. bab V of Jerome Zanchius, Absolute Predestination, "Showing that the Scripture Doctrine of Predestination should be Openly Preached and Insisted on, and for what Reasons". 
64 Gundry, Love Them In, 94, 139.
65 Goodspeed, Full History, 128, 130.
66 Dorsett, Passion, 192, 398.
67 McLoughlin, Modern Revivalism, 247.
68 Gundry, Love Them In, 181.
69 Findlay, American Evangelist, 253.
70 George (ed.), Evangelical Tradition, 23.
71 Gundry, Love Them In, 117.
72 Gundry, Love Them In, 126.
73 Gundry, Love Them In, 127.
74 Findlay, American Evangelist, 227.
75 McLoughlin, Modern Revivalism, 244.
76 Iain H. Murray, Revival and Revivalism: the Making and Marring of American Evangelicalism 1750-1858 (Edinburgh: Banner, 1994), 401.
77 Robertson, The Chicago Revival, 110.
78 George (ed.), Evangelical Tradition, 147.
79 Goodspeed, Full History, 37.
80 Findlay, American Evangelist, 223.
81 Curtis, They Called Him, 192.
82 George (ed.), Evangelical Tradition, 2.
83 Murray, Revival and Revivalism, 370.
84 Kennedy and Bonar, Evangelism, 13.
85 Kennedy and Bonar, Evangelism, 10.
86 Kennedy and Bonar, Evangelism, 109.
87 Kennedy and Bonar, Evangelism, 17, 107.
88 Kennedy and Bonar, Evangelism, 23, 110.
89 Kennedy and Bonar, Evangelism, 86.
90 Dorsett, Passion, 200.
91 Kennedy and Bonar, Evangelism, 108.
92 Kennedy and Bonar, Evangelism, 17.
93 McLoughlin, Modern Revivalism, 191.
94 McLoughlin, Modern Revivalism, 192.
95 McLoughlin, Modern Revivalism, 190.
96 Findlay, American Evangelist, 155.
97 McLoughlin, Modern Revivalism, 199.
98 McLoughlin, Modern Revivalism, 200.
99 McLoughlin, Modern Revivalism, 200.
100 McLoughlin, Modern Revivalism, 203.
101 Findlay, American Evangelist, 173.
102 Murray, Forgotten Spurgeon, 180-181.
103 McLoughlin, Modern Revivalism, 210.
104 McLoughlin, Modern Revivalism, 535-526.
105 McLoughlin, Modern Revivalism, 529.
106 McLoughlin, Modern Revivalism, 215.
107 Kennedy and Bonar, Evangelism, 7.